Surabaya barat yang berbatasan langsung dengan kabupaten Gresik, yang sebagian besar memiliki sector utama sebagai daerah industry dan pergudangan, menjadikan wilayah perbatasan ini bergitu mengerikan. Mengapa saya berpendapat demikian, karena sebagian besar jalan yang menghubungkan Surabaya-Gresik dipenuhi oleh kendaraan besar (truk kontainer).
Ini kali pertama saya melakukan rutinitas perjalanan Surabaya-Gresik, mungkin seminggu sekali. Karena saya berkepentingan dengan akademik, sehingga mau atau tidak mau dan/atau suka atau tidak suka saya haru perkomuting ke daerah ini, Romokalisari, Tambak Osowilangon. Saya berkepentingan untuk menyelesaikan mata kuliah saya, Perencanaan Wilayah dan Kota (studio kota) III, pada tahap ini kami (saya dengan teman-teman kelompok tugas) telah pada tahap perencanaan, yang sebelumnya pada mata kuliah Perencanaan Wilayah dan Kota(studio kota) I kami telah melampaui tahap fakta analisa.
Minggu, 9 Oktober 2011 kami melaksanakan survey untuk yang kedua kalinya, kali ini kami survey begitu cermat memasuki setiap persil wilayah. Kami menilai dan mendata bagaimana kependudukan disana, fasilitas kota, utilitas kota transportasi serta penggunaan lahan. Yang membuat hati ini iba, ketika mengetahui bahwa tidak semua penduduk kota Surabaya sejahtera dengan pedikat Surabaya sebagai ibu kota propinsi Jawa Timur serta sebagai kota terbesar kedua setelah kota Jakarta. Melihat begitu minim fasilitas kota yang tersedia, utilitas kota yang kurang, seperti pengelolahan sampah yang hampir tidak saya temukan ketersediaannya.
Dikarenakan wilayah berbatasan langsung dengan pantai yang sebagian besar air tanah nya terinterusi oleh air laut, pemerintah telah memberikan distribusi air PDAM dengan gratis untuk dikonsumsi.
Saat memasuki daerah permukiman yang merupakan wilayah ninoritas di daerah ini, terlihat bahwa kondisi masyarakat jauh dari sejahtera. Terlihat beberapa saluran air tertimbun sampah dikarenakan tidak tersedianya tempat pengelolaan sampah. Persil rumah yang begitu minim saling berhimpit, terasa kurang memiliki ruang gerak. Hingga saya berpikira, ini tugas untuk mata kuliah PWK III atau Pengembangan Masyarakat? Dengaan ketersediaan fasilitas pendidikan yang minin, fasilitas kesehatan yang tidak saya jumpai di wilayah ini, saya berpikir, di kota besar seperti Surabaya ini masih saja ada titik-titik menyedihkan yang kurang memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H