"Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu." - Gus Dur
Di dalam dunia yang penuh dengan keberagaman, nilai toleransi menjadi sangat penting untuk diaplikasikan di keseharian kita. Nilai keberagaman dan toleransi harus bisa diajarkan dan diberikan dari siapapun baik sekolah maupun orang tua. Keterampilan sosial ini, menjadi bagian penting untuk menjalankan hidup yang damai dan rukun antar sesama.Â
Mengembangkan keterampilan sosial ini menjadi tugas penting bagi orang tua dan terutama di sekolah dimana terdapat banyak perbedaan di antara murid. Sekolah harus mampu untuk mengakomodasi dan mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan-perbedaan baik secara suku, agama, ras, latar belakang, dll.
Dalam hal ini, Kolese Kanisius mengadakan kegiatan ekskursi ke pondok-pondok pesantren di daerah Jawa Barat. Kolese Kanisius sebagai sekolah Katolik yang mayoritas muridnya beragama Katolik melakukan kunjungan ini untuk memperlihatkan bagaimana kehidupan mereka yang berbeda agama dan latar belakang di daerah lain. Kegiatan selama 3 hari ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa toleransi dengan yang berbeda dan untuk lebih menghargai bagaimana kehidupan kita di kota.
Hari pertama diawali dengan sambutan dari kepala pondok pesantren Muhammadiyah Al-Furqon. Pada saat pertama kali sampai di pesantren, perasaan gugup dan aneh dirasakan oleh sebagian besar dari kami karena pada saat datang kami tidak disambut oleh para santri tetapi diliatin. Tetapi seiring berjalannya waktu, bahkan sebelum hari pertama berakhir kami sudah berbaur dan bisa merasa senang karena adanya banyak kegiatan dimana kita saling mengenal satu sama lain melalui dialog kebersamaan, bermain bersama, makan bersama, dll.
Hari kedua dilanjutkan dengan kegiatan trekking ke curug di dekat pondok pesantren. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang membuat kita lebih dekat lagi dengan para santri dan melihat lagi bagaimana kehidupan mereka di saat-saat seperti ini. Melalui ini, kami juga semakin kompak satu sama lain.Â
Hari terakhir ditutupi dengan adanya kata-kata penutup oleh kepala pesantren Muhammadiyah Al-Furqon dan juga penyampaian kesan dan pesan dari salah satu santri dan salah satu dari murid Kolese Kanisius. Salah satu kesan dan pesan yang menurut saya paling bagus yaitu bagaimana melalui dinamika di pesantren ini kita bisa saling mengenal dan mengerti kondisi satu sama lain. Kedepannya kita juga saling mengharapkan agar tidak saling melupakan satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H