Mohon tunggu...
Joshua Nca
Joshua Nca Mohon Tunggu... Psikolog - mahasiswa

saya mahasiswa universitas 17 agustus 1945 surabaya dengan jurusan psikologi. saya mempunyai hobi bermain game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Warisan Derrida Sebagai Tokoh Kunci Pemikiran Postmodern

7 Januari 2024   21:00 Diperbarui: 7 Januari 2024   21:01 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Derrida, seorang filsuf terkenal abad ke-20, adalah salah satu pendukung pemikiran postmodern yang paling berpengaruh. Ide-idenya berpusat pada dekonstruksi struktur dan sistem tradisional, menantang fondasi yang mendasari pembangunannya. Karya Derrida bertujuan untuk mengungkap kontradiksi dan inkonsistensi inheren yang ada dalam bahasa, budaya, dan makna.

Inti dari filsafat postmodern Derrida adalah konsep diffrance, sebuah istilah yang ia ciptakan untuk menyoroti ketidakstabilan dan ketidakpastian bahasa. Menurut Derrida, bahasa bukanlah suatu sistem makna yang tetap dan stabil, melainkan suatu konstruksi yang cair dan selalu berubah. Dia berpendapat bahwa kata-kata dan konsep-konsep terus-menerus berubah-ubah, mengambil maknanya dari perbedaan-perbedaan dan hubungannya dengan kata-kata dan konsep-konsep lain.

Pendekatan dekonstruktif Derrida menantang gagasan tentang interpretasi atau kebenaran yang tunggal dan tetap. Sebaliknya, ia menekankan pada banyaknya makna dan interpretasi yang dapat diambil dari sebuah teks atau wacana. Bagi Derrida, makna bukanlah sesuatu yang dapat ditangkap atau dipahami secara definitif, melainkan sesuatu yang terus-menerus ditunda, selalu luput dari upaya kita untuk menjabarkannya.

Dalam bidang budaya dan masyarakat, pemikiran postmodern Derrida mempunyai implikasi yang luas. Ia mempertanyakan gagasan tentang identitas yang tetap dan stabil, dengan alasan bahwa identitas kita bukanlah kategori yang tetap, melainkan kumpulan penanda yang berubah dan saling bertentangan. Derrida percaya bahwa kita terus-menerus membangun dan mendekonstruksi identitas kita melalui bahasa, budaya, dan interaksi sosial.

Lebih lanjut, Derrida mengkritik struktur hierarki yang ada dalam masyarakat, mengungkap dinamika kekuasaan dan asimetri yang tertanam di dalamnya. Ia berargumentasi bahwa struktur-struktur ini melanggengkan kesenjangan dan meminggirkan kelompok-kelompok tertentu, sementara mengistimewakan kelompok-kelompok lain. Derrida menyerukan dekonstruksi struktur kekuasaan ini, guna mendorong masyarakat yang lebih inklusif dan setara.

Namun, gagasan Derrida bukannya tanpa kontroversi. Kritikus berpendapat bahwa penekanannya pada ketidakstabilan makna dan dekonstruksi sistem tradisional melemahkan kemungkinan komunikasi dan pemahaman yang koheren. Mereka menuduh Derrida melakukan nihilisme dan relativisme, mengklaim bahwa filosofinya menyebabkan terkikisnya kebenaran obyektif dan nilai-nilai moral.

Meski demikian, warisan Derrida sebagai tokoh kunci dalam pemikiran postmodern tetap signifikan. Ide-idenya telah memicu perdebatan mendalam dan mempengaruhi berbagai disiplin ilmu termasuk filsafat, sastra, studi budaya, dan teori sosial. Karya Derrida terus menantang cara berpikir tradisional, mendorong kita untuk mempertanyakan sistem yang sudah ada dan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru untuk makna dan pemahaman di dunia yang berubah dengan cepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun