Mohon tunggu...
Joshua
Joshua Mohon Tunggu... Konsultan - Akun arsip

Akun ini diarsipkan. Baca tulisan terbaru Joshua di https://www.kompasiana.com/klikjoshua

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Sahabat Digital: Kompasiana Dekatkan Saya dengan Marzuki Alie

26 September 2011   19:19 Diperbarui: 6 Januari 2016   20:01 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer dan Anda pasti sudah tahu kedekatan saya dengan Ketua DPR, Marzuki Alie. Sahabat digital saya yang satu ini memberikan secercah semangat dan menumbuhkan sejumput harapan dalam batin saya melalui hubungan pertemanan yang berlanjut serius. Dari Kompasiana, antara saya dengan Pak Marzuki berlanjut menjadi antara anak asuh dengan ayah asuh, namun apa yang saya alami begitu luar biasa dan tidak disangka-sangka. Hanya sharing pengalaman saja, kok...

Berawal dari pertemuan di Kompasiana Modis pada Februari 2011 lalu, Ketua DPR asal Palembang ini hadir sebagai pembicara di antara sekitar 60 orang peserta diskusi. Waktu itu kami hanya sebatas peserta diskusi dan narasumber saja. Kemudian, beliau memberi saya pesan dan tanda tangannya dalam buku kecil bersampul merah, teman saya saat berburu berita. Tentu saja, berita a la warga.

Melalui salah satu artikel saya di Kompasiana, beliau menawarkan kepada saya peluang beasiswa. Waktu itu saya benar-benar putus sekolah karena kepulangan secara mendadak dari Manado, Sulawesi Utara, menyangkut kondisi kesehatan Ibu yang waktu itu kronis. Saya sebagai anak yatim (kini yatim piatu) berusaha agar nyawa Ibu tertolong melalui apa yang bisa saya kerjakan. Putus sekolah bukanlah kemauan saya, namun sebuah kenyataan yang harus dijalani. Delapan hari kemudian, saya memenuhi panggilan beliau di kantor di Senayan. Ruang kerja beliau begitu sederhana, walaupun terdapat tumpukan berkas demi berkas untuk ditinjau.

Air mata saya pecah melihat ketekunan beliau. Di situlah empati saya mulai tumbuh. Sambil mewawancarai saya, beliau terlihat sibuk mendengar sambil merapikan berkas-berkas sesaat lalu memperhatikan saya. Inilah rahasia umumnya. Padahal saya menganggap Pak Marzuki sebagai rekan sesama Kompasianer, namun kemudian berlanjut ke hubungan ayah asuh dan anak asuh. Tak pernah saya duga. Tuhan benar-benar menunjukkan kuasaNya pada saya.

Hubungan tak lantas berakhir setelah beliau menyerahkan hadiah beasiswa dan MacBook, laptop yang dikenal canggih dan gengsi itu, pada pertengahan Agustus 2011 lalu. Saat Ibu saya meninggal dunia belum lama ini, beliau kirimkan karangan bunga yang indah, bernuansa biru dan biru muda sesuai warna ikonik partai tempatnya bernaung. Belum lagi beliau mengirimkan utusannya secara resmi (Staf Ahli Ketua DPR RI) yang melihat secara langsung prosesi penutupan peti jenazah Ibunda saya jelang pemakaman, dan turut mengiring dalam konvoi menuju pemakaman.

Saya dan Pak Marzuki rupanya juga terikat dalam hubungan emosional yang unik dan larut dalam empati dan saling menghargai. Saat beliau dicaci karena pernyataan kontroversialnya soal pemaafan koruptor di media massa, saya menghubungi beliau dan memberi semangat. Juga, saat ibu saya tutup usia, dari luar kota beliau hubungi saya per telepon seraya menyampaikan dukacita dan keterkejutannya.

Sahabat digital seperti ini membawa pengaruh positif secara simbiosis mutualisme. Kami saling mendukung dan menguatkan; di situlah keuntungannya. Saya yang kini yatim piatu, kini miliki sahabat digital multifigur seperti beliau. Masih tak percaya juga, mengapa bisa saya dekat dengan seorang petinggi negara seperti beliau, bahkan untuk masuk dan menemui beliau di Kompleks DPR rasanya sulit bagi seorang jurnalis profesional; namun saya yang baru belajar rupanya mampu. Tak henti saya bersyukur pada Tuhan untuk kebaikan-Nya.

You know me so well... Anda juga bisa mendapatkan sahabat digital yang membawa pengaruh besar dalam hidup Anda, seperti saya.

Artikel ini dimuat di halaman Kompasiana Frezz pada Harian KOMPAS, edisi 01 Oktober 2011 halaman 25.

 

* * * * *

© Joshua Francis. All rights reserved.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun