[caption id="attachment_321899" align="aligncenter" width="300" caption="Di Antara Menara: Vira dan Lily"][/caption]
"Tumbuh tuh ke atas, bukan ke samping!" Begitulah kalimat iklan sebuah produk susu yang sering mengusik pikiran masa remaja lalu. Kalimat yang juga diucapkan ke teman-teman saat ngeledek saya.
Beberapa tahun berselang, hari ini saya kembali teringat kalimat itu. Antara geli dan sebenarnya tidak peduli lagi. Apa sebabnya? Saya terlihat semakin pendek saat berfoto dengan Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira dan Puteri Indonesia Pariwisata 2014 Estelita Liana.
Pagi tadi, saya menemui kedua puteri tersebut dalam kesempatan wawancara eksklusif saat kunjungan mereka ke Jogja. Sebenarnya tidak ada sesi wawancara dalam jadual mereka, namun saya menghubungi seorang relasi yang memberi kesempatan tersebut. Namanya pekerjaan wartawan, bagaimanapun caranya sebisa mungkin harus bertemu dengan narasumber.
Setelah sesi wawancara dan foto selesai, saya berinisiatif untuk minta foto bersama. awalnya, saya meminta kedua puteri cantik itu untuk foto dengan posisi duduk di sofa. Selain karena terlihat lebih santai, ya tepat! saya juga tidak terlihat terlalu pendek. Namun saya kurang beruntung, karena mbak Puteri Indonesia mengenakan busana di atas lutut maka kurang nyaman untuk difoto dalam posisi duduk. Alhasil, foto terlihat lebih formal dalam posisi berdiri. Tidak apa lah, batin hati saya, karena saya tidak mau merepotkan mereka berdua.
Sepulang dari pertemuan itu, saya menengok kembali hasil jepretan foto tadi. Dan benar saja, saya 'terhimpit' di antara dua menara yaitu Puteri Indonesia yang kata orang Jawa posturnya lencir. Mungkin, tinggi mereka sekitar 175-178 cm, terpaut 10 cm dengan tinggi saya yang hanya 167. Belum lagi, high heels yang mereka pakai bisa jadi menambah 10 cm tinggi mereka.
Melihat foto tersebut, saya jadi sedikit menyesal mengapa dulu tidak mencoba menambah tinggi badan dengan berbagai cara. Justru lebar badan yang bertambah, padahal saya tidak sekalipun terbersit niat untuk melebarkan badan. Melebarkan sayap untuk usaha saya, cuma itu yang pernah saya benar-benar pikirkan.
Tetapi, apa gunanya menyesal? saya toh tidak mempedulikan lagi postur tubuh. Pun saya tidak minder, kecuali minder mengapa tampang saya tidak sekeren Brad Pitt. Tubuh dan wajah ini sudah menjadi bagian saya yang dikaruniakan Tuhan dan harus disyukuri dan dijaga dengan baik. Mandi minimal dua kali seminggu, eh, sehari maksud saya, dan menjaga kesehatan itu jauh lebih tepat daripada menyesali tinggi badan.
Hanya saja, yang menjadi keheranan saya, postur tubuh ras orang Melayu kan memang segini-gini aja. Tapi mengapa semakin hari generasi kita semakin bertambah tinggi? Mungkinkah sudah ada percampuran ras yang sulit untuk diukur kemurniannya, atau makanan yang dikonsumsi generasi terbaru semakin mengandung zat-zat penambah tinggi? Ah, entahlah. Orang Jepang dan Korea juga mengalami fenomena yang sama, ketika tinggi rata-rata postur mereka semakin bertambah dari tahun ke tahun. Sementara kita (kita? gue doang keleusss) tinggi badannya juga segini terus, mungkin gizi dan faktor genetik yang memengaruhinya.
Kembali lagi membicarakan mbak-mbak Puteri Indonesia, saya jadi membayangkan bagaimana jika saya berjodoh dengan salah satu dari mereka. Ehmm, bukan begitu juga, tapi bagaimana jika saya berpasangan dengan wanita berpostur seperti itu. Saya pasti akan terlihat rendah dan tidak sepadan. Apa saya harus melarang mereka tampil anggun dengan high heels? atau justru saya yang harus memakai high heels? #eh
Teringat kenalan saya, Judika dan Duma, yang juga memiliki problem serupa. Bahkan Judika menjadi yang paling pendek saat kami berfoto bertiga. Tapi buktinya, cinta tetap menyatukan mereka biar mama tidak suka dan papa melarang (itu dulu sih). Setidaknya, melihat mereka berdua, saya tidak perlu lagi minder jika berjalan dengan wanita tinggi semampai. Lah, tapi Judika kan artis top? sementara saya hanya penulis, yang tulisannya saja jarang dibaca orang. Semoga saja ada penerbit yang mau menerbitkan tulisan saya, setidaknya dalam bentuk brosur.