Mohon tunggu...
Hotman Edianto
Hotman Edianto Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

Seorang ASN yang sepenuhnya berbakti untuk negara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pentingnya Menahan Kebaikan

30 Mei 2020   22:31 Diperbarui: 30 Mei 2020   22:38 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mungkin Pembaca bingung apa maksud dari perkataan diatas, apalagi ditengah tengah pandemi Covid 19 yang begitu menghantam sektor perekonomian. Bagaimana mungkin kita masih harus menahan kebaikan dimana itu merupakan salah satu kodrat manusia? Tapi sebenarnya itu perlu. Berikut adalah beberapa alasan yang penulis pandang penting sebagai bahan pemikiran.

1.  Kebaikan itu menjadi sesuatu yang biasa.

Tidak selamanya kita harus tergerak untuk membantu. Sifat bantuan kita harus lah terukur. Membantu melebihi takaran yang kita berikan akan mengakibatkan penerima bantuan akan menjadi merasa bahwa dia layak untuk dibantu dan sudah sewajarnya kita harus membantu. Padahal bantuan itu sangatlah indah bila penerima bantuan sangat menghargai bantuan yang kita berikan.

2.  Kebaikan bisa membuat orang lain menjadi malas

Ingat bahwa bantuan itu haruslah diberikan pada saat yang tepat dan tempat yang tepat. Ingat pepatah tentang menolong anak ayam keluar dari cangkang? Ketika kita berbelaskasihan menolong anak ayam agar bisa keluar dari cangkangnya ketika sudah waktunya untuk menetas, dengan sendirinya kita membuat anak ayam tersebut menjadi kehilangan hasratnya untuk keluar. Secara tidak langsung juga kita membuat anak ayam tersebut kehilangan kekuatannya.

3. Kebaikan bisa menjadi pedang bermata dua

Sebagai umat beragama, tentu kita sangat senang sekali apabila kita bisa membantu orang lain, terutama itu menjadi pahala buat kita.Tapi tanpa disadari adalah bahwa karena terlalu sering kita membantu mengakibatkan kita lupa membantu diri kita sendiri.

Ada kalanya kita harus pelit kepada orang lain dan mengutamakan diri kita sendiri. Ingat bahwa lebih enak memberi bantuan ketika diri kita sendiri sudah merasa cukup. Lebih baik cukupkan diri sendiri dulu baru mencukupkan kebutuhan orang lain. 

Jadi dari berbagai pemikiran diatas, tidak ada salahnya kita memikir2 kembali bantuan kita, terlebih sifat manusia pada umumnya adalah lebih suka menerima daripada memberi. Ingatlah bahwa kebaikan yang kita tabur apabila tidak dimasa yang tepat dan di tempat yang tepat malah akan menjadi mubazir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun