Mohon tunggu...
Joshua Martono
Joshua Martono Mohon Tunggu... -

Mencoba menyampaikan apa yang mungkin belum terpikir oleh publik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setelah KPU Umumkan Pemenang Pilpres, RMS akan Gelar Seminar di Ambon

22 Juli 2014   18:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:35 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu kemarin, saya bertemu dengan Reinhart Tuwanakotta, kawan lama saya waktu sama-sama sekolah di sebuah SMP swasta di Jakarta. Pria bertubuh atletis ini sekarang tinggal di kota Ambon dan bekerja di salah satu perusahaan swasta. Dia bercerita banyak tentang perkembangan kota kelahirannya, mulai dari kemenangan pasangan Jokowi-Kalla di Ambon, penayangan film “Cahaya Dari Timur : Beta Maluku” garapan Glenn Fredly mantan suami artis sexy Dewi Sandra, hingga rencana seminar para pendukung Republik Maluku Selatan (RMS) yang rencananya akan berlangsung pada pekan depan.

Mendengar rencana seminar pendukung RMS, saya cukup terkejut dibuatnya.Bagaimana mungkin RMS bisa melaksanakan seminar di kota sekecil itu ? Apakah tidak takut ditangkap polisi ?Belum habis kebingungan saya, Reinhart mengeluarkan sekeping VCD yang katanya berisi rekaman wawancara PAK- FKMCPR sebuah non government organization (NGO) luar negeri dengan Simon Saiya, seorang anggota RMS yang ditahan di Ambon. Reinhart berujar, situasi di Ambon sekarang ini mulai memanas akibat adanya rencana seminar RMS, karena ada yang mendukung dan ada pula yang menentangnya.Pihak yang mendukung, menurut Reinhart adalah kelompok RMS pimpinan Johanes Gerardus Wattilete yang saat ini tinggal di Belanda. Menurutnya, kelompok inilah yang mendanai acara seminar itu.Sedangkan pihak yang menentang, menurut Reinhart adalah kelompok RMS pimpinan dr. Alexander Hermanus Manuputty yang saat ini bercokol di Amerika.

Selama ini, saya mendengar tentang RMS hanya saat duduk di bangku sekolah yang kata guru saya adalah kelompok pemberontak pimpinan dr. Soumokil yang ingin memisahkan diri dari negara Republik Indonesia dan ingin mendirikan negara Republik Maluku Selatan. Namun sejak bertemu kembali dengan Reinhart, saya jadi tahu bahwa RMS itu ada dua.

[caption id="attachment_349108" align="aligncenter" width="410" caption="VCD Wawancara Simon Saiya (dokumen pribadi)"][/caption]

Setiba di apartemen, saya langsung putar VCD yang diberikan Reinhart.Lucu juga mendengar bahasa Indonesia berdialek Ambon yang dilontarkan oleh orang yang dalam sampul cover disebut sebagai Simon Saiya.Saya merasa iba dan kasihan melihat ekspresi wajahnya saat melontarkan kalimat-kalimat polosnya.Beberapa kalimat yang sempat saya tulis di buku catatan harian saya yaitu :

Katong sama-sama punya komitmen untuk mencapai katong punya komitmen kedaulatan kemerdekaan ini. Sebab itu, baik berbicara, baik sebagai katong pu basudara, mewakili khusus di negeri Belanda itu, beta tidak pernah berbicara tentang seminar. Tapi beta berbicara tentang kitorang semua harus bersatu saling mendukung, satu komando, dimana beta di sini sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab di tanah air di sini. Apa yang dorang sampai untuk mau jalan silahkan. Tapi beta seng mau mencampuri urusan terlalu jauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun