Mohon tunggu...
Joseph Sudiro
Joseph Sudiro Mohon Tunggu... -

A Good Men Wanna Be

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ceritaku Tentang BUP (Buku Untuk Papua)

21 Januari 2014   09:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:37 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak terasa, enam bulan sudah saya bergabung dengan manusia-manusia ajaib ini. Wajah saya terlalu “lawak” buat menyebut kata yang agak resmi seperti “komunitas”.  Setelah perkenalan awal di Jogja (@bupjogja), kemudian melanjutakan petualangan ke Surabaya (@bupsoerabaja) saya tetap merasakan greget yang sama saat sharing bersama mereka. Entah dengan wangi gudeg ataupun wangi rawon ditempat kita berpijak saya tetap merasa antusias saat bercerita tentang Papua. Well… Saya yakin dimanapun BUP berada, dengan segala kekhasannya, kita akan tetap merasakan getaran yang sama saat bercerita tentang Papua. Sadaphhhhh… bahasanya “getaran” supaya terkesan romantis. Cerita saya bertemu dengan mereka diawali sebuah kalimat sederhana, kerinduan. Emhhh Tidak perlu diceritakan kronologisnya, akan jadi panjang ceritanya plus sedikit curcol dengan bumbu sinetron India lengkap dengan bumbu kari-nya, Lha?!. Yang jelas malam itu lewat suara cantik-nya mbak @idaayumaruti di radio (yang demi keamanan hak cipta dsb dsb, tidak perlu disebutkan), saya ingin terlibat lebih jauh. Oh iya… Kerinduan Mungkin sesimpel dan secemen itu kedengarannya. Tapi saya percaya segala sesuatu yang besar diawali dengan yang kecil. “Perjalanan ribuan mil selalu diawali dengan satu langkah kecil”. Hampir di setiap kesempatan saya ketemu sama quotes dari pakde Lao Tzu-ini, termasuk di beberapa kesempatan saat saya sharing dengan BUP. Dari sekedar kerinduan saya kemudian tersadar, banyak hal yang bisa saya sharingkan tentang Papua, apa saja termasuk cerita-cerita dari tanah Surga itu, Entah dengan sesama anggota BUP ataupun dengan semua sahabat yang belum tau tentang Papua. Selama ini yang orang-orang tau tentang Papua tidak lebih dari pemberitaan negatif yang sering muncul di media, hal positif lainya mentok di kata Raja Ampat dan Persipura. Padahal Papua bukan hanya Persipura yang sampai saat ini adalah tim terbaik di Indonesia (iya bagian ini memang agak terkesan sombong, memang itu niatnya 

:P
:P
), atau Raja Ampat yang memang aduhai pemandangannya atau bagian yang agak mengerikan dengan perang sukunya dan ke”chaos”an lainya. You know… segala pemberitaan negatif yang tingkat kelebayan-nyadinaikan 100 persen itu cuman  strategi pendongkrak ratting, supaya laku, sementara pemberitaan positif lainya sedikit sekali. Ahhhh Sudahlah (nb: kecuali chanel baru yang memberitakan tentang BUP, yang ada suarany Bang @Dayurifanto itu, itu mahhh keceeee badai 
;)
;)
). Cerita-cerita tentang besarnya mimpi anak-anak Papua yang terhalang minimnya sarana pendidikan dan sarana baca, justru terlewatkan. Yah begitulah… kalo kata Alanis Morriste “ironic”. Kembali lagi ke niat awal saya bergabung. Saya percaya God selalu buka jalan buat segala kerinduan dan doa kita. Saat saya benar-benar merindukan Tanah Surga itu, dan ingin berbagi tapi tidak tau apa yang bisa saya lakukan, jeng… jeng… jeng…. Saya ketemu dengan orang-orang hebat ini. Misinya sederhana menghujani Papua dengan buku kemudian menjadikan anak-anak disana senang membaca dan akhirnny punya mimpi besar. Buat sebagian orang mungkin terkesan remeh. Apalagi mereka yang merasa menyuarakan kepedulian harus berupa aksi yang “kelihatan”. But C Monnn man… menjadi peduli tidak perlu dengan aksi teriak-teriak sambil membakar fasilitas jalan yang akhirnya merugikan masyarakat luas, atau  rajin mengikuti acara debat di  stasiun tv yang rajin memprovokasi nara sumbernya. Lalu endingya ikut berpikir kritis tentang kasus korupsi yang ahhhhh sudahlah. Kepala saya terlalu berat memikirkan bahasa politisasi, kriminalisasi, ataupun sasi-sasi yang lainya, apalagi untuk tau siapa nama koruptor yang jadi primadona di acara debat itu. Kalau dengan pendapat tadi saya dicap tidak peduli terhadap kemajuan negri ini. Silahkan, itu hak anda yang jelas buat saya kepedulian cukup diawali dengan hal sederhana tapi bermakna besar. Berbagi buku salah satunya.  Peduli cukup  dengan berbagi buku kemudian berbagi pemikiran agar buku tersebut sampai kerumah baca yang kemudian menjadi berguna bagi kemajuan pendidikan Indonesia umumnya dan Papua khususnya. Iya sesimpel itu. Buku hanya sarana kecil kita berbagi cerita tentang “Tanah Surga “. Point utamanya adalah kita ingin berbagi kepedulian agar kelak anak-anak terutama yang kesulitan punya akses terhadap buku bacaan bermutu di Papua hidup jadi lebih berwarna karena ada buku, bagus, bermutu dan menarik. Jauh memang, apalagi kalau “cuman” diawali dengan berbagi buku, tapi ingat khan kata pakde Lao Tzu yang saya kutip diatas 
;)
;)
. Saya belum punya banyak sumbangsih, saat BUP Jogja mulai benrgerak aktif saya justru sudah dideportasi ke surabaya dan berkumpul dengan para laki-laki baribut, disini-pun saya belum bisa banyak bersumbangsih, mengingat pekerjaan kantor yang tiap hari minta dimanja dan diakhir hari saat mereka berkumpul untuk sharing, saya sibuk beriler ria dengan bantal kasur dirumah. Tapi diantara keterbatasan waktu itu, perlahan saya mulai bisa ikut “seirama” dengan mereka. Eniwei… Setelah ngoceh panjang lebar diatas, saya ingin berterima kasih. Lewat BUP saya bisa mengekspersikan betapa jatuh cintanya saya dengan tanah itu, saya bisa mengekspresikan betapa rindunya saya dengan tanah itu. Saya punya kesempatan bercerita panjang lebar tentang Papua, tentang gula-gula yang disini mereka sebut permen ataupun tentang minuman bernama limun yang semasa kecil dulu lebih akrab menyebutnya dengan miroso, atupun kue susu yang disini nyarinya susah minta ampun. (yang tau percakapan ini jangan ketawa, suerrr saya masih kepikiran). Itu nostalgia yang sangat luar biasa. Apalagi bisa berkenalan dengan orang-orang yang ternyata tumbuh bersama di kota istimewa bernama Jayapura, tapi selama ini kita tidak pernah sadar. ampaikan media. Iya… Pertama kali saya bertemu  @jeffrymarien saya baru sadar dia juga sempat merasakan indahnya Jayapura, juga mbak Angels, @Jong_Wattimury… eh maaf Kakx angels juga begitu. Jarak sekitar 10 km antara rumah saya dan mereka di Jayapura tidak mampu membuat cerita kita bersinggungan. Barulah saat kita jauh dari Jayapura cerita kita diijinkan bersinggungan. Terima Kasih kawan, saat kita sama-sama bercerita It feels like home men…

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun