Satu penelitian yang kemudian dibagikan oleh NBC News, mengungkap hewan-hewan yang ternyata memiliki tingkat kecerdasan yang beragam. Di posisi pertama ditempati oleh sipanse, karena dianggap memiliki ciri-ciri dan struktur tubuh dan otak yang mirip dengan manusia. Sedangkan anjing ada di posisi 7 hewan terpintar. Namun karena anjing lebih populer karena banyak dipelihara oleh manusia, sering kali kita melihat tingkah laku anjing yang menggemaskan, tak jarang juga kagum oleh kepintarannya.
Namun kepintaran anjing tak terlepas dari latihan yang diberikan oleh pemiliknya. Tentunya sebagai hewan, mereka sebenarnya dilahirkan sebagai makhluk liar, namun akibat latihan yang terus-menerus, mereka dapat berkomunikasi dengan manusia sehingga dikagumi kepintarannya.
Pelatihan anjing merupakan contoh dari proses pendidikan. Hewan yang alaminya bersifat liar dijinakan agar bisa dipelihara bahkan memenangkan lomba.
Sayangnya, pendidikan tidak sesederhana itu, banyak aspek-aspek lain yang mempengaruhi jalannya pendidikan. Khususunya di Indonesia, kita sering merasa tertinggal secara pendidikan dengan negara lain. Bahkan banyak orang yang berkata pendidikan ideal dengan contoh yang bisa dilihat adalah sistem pendidikan di Finlandia.
Sebenarnya Indonesia memiliki sejarah pendidikan yang kuat. Bila kembali mengingat kembali  dari masa penjajahan kolonial, munculah pendiri-pendiri bangsa yang sangat berkomitmen memajukan bangsa dan negara Indonesia, salah satunya yang mempunyai kekuatan yang besar adalah lewat pendidikan. Semboyan dari dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, sampai saat ini masih dicoba untuk diterapkan sebagai moto sistem pendidikan di Indonesia.
Namun, melihat berkembangnya zaman dan era globalisasi yang terus memberikan tantangan bagi bangsa kita, membuat kita harus terus beradaptasi. Dalam proses adaptasi inilah sebenarnya kita kehilangan semangat dari semboyan pendidikan Ki Hajar Dewantara. Pendidikan khususnya di sekolah terlalu berfokus pada perkembangan zaman. Hal ini mungkin diharapkan agar para peserta didik dapat mengejar ketertinggalan dengan negara lain, tapi kenyataannya hal ini banyak dikeluhkan oleh para siswa karena harus menerima terlalu banyak materi.
Mencoba memahami apa yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, semboyan tentang pendidikan yang beliau yang merupakan sebuah pedoman untuk para guru atau pendidik agar bisa memberikan pendidikan yang baik kepada murid-muridnya.
Diterjemahkan ke bahasa Indonesia, 3 semboyan dari Ki Hajar Dewantara berisi guru di depan yang menjadi teladan, di tengah untuk memberikan semangat, di belakang memberikan dorongan dan tuntunan arah.
Melihat dan mencoba memahami isi dari semboyan pendidikan tersebut, fungsi pendidikan yang sebenarnya adalah mencoba mengantarkan murid-murid atau bisa disebut juga generasi masa depan untuk bisa mencapai kesuksesan dengan arah-arah yang tepat. Pendidikan dibutuhkan karena seorang anak yang bisa dibilang masih polos dan kekurangan ilmu dan pengalaman ditunjukan arah yang benar dengan teladan, semangat dan tuntunan.
Mencoba terus memahami arti dari semboyan tersebut membuat timbul perenungan, adalah lebih baik saat kita sebagai pelajar dan generasi penerus bisa mengenali diri sendiri. 12 tahun pendidikan wajib yang harus dilakukan anak sebagian besar terus berfokus kepada ilmu yang ada di luar setiap anak sebagai satu individu.
Seketika saya berpikir dan teringat saat-saat saya kebingungan untuk memilih jurusan kuliah, sedangkan sudah belajar sekian lama, tapi mengapa pada akhirnya bingung saat ingin menentukan pilihan-pilihan tertentu?