Memikirkan segala sesuatu yang terjadi di sekitar sangat melelahkan bukan? Kita sering dianjurkan untuk lebih luwes dalam menjalani keseharia kita. Hidup dengan santai dan menghilangkan segala masalah yang menghampiri kepada kita. Sering kali mengusir rasa cemas dan kuatir dalam kepala menjadi resep kebahagian. Selain itu kita juga disarankan untuk tak terlalu memikirkan orang lain yang bisa jadi sumber masalah.
Hidup yang bahagia sering digambarkan seperti menjaga mata kita dari debu atau air yang dapat menyakiti. Belum lagi ada binatang kecil atau benda-benda di sekitar kita yang dapat mengenai mata kita, sangat banyak yang dapat mengancam mata kita yang sangat kita butuhkan. Dengan menghindari hal-hal yang berbahaya, mata kita akan selalu sehat. Tapi terkadang kita tak bisa juga menghindar dari jahatnya cahaya, baik itu cahaya matahari, lampu, sampai layar gawai yang dapat juga merusak mata..
Sebaik-baiknya kita menjaga diri kita dari hal-hal yang dapat melukai mata kita, ternyata kita tak dapat mencegah segala hal itu, masih banyak hal yang ada di luar kontrol kita. Begitupun hidup, sehebat apa pun kita mengusir segala hal-hal yang dapat menyakiti, satu kali akan ada yang tak kita sadari, perlahan-lahan melakukan yang dapat menyakiti kita. Bahkan itu diri kita sendiri, karena tak ingin melihatnya, kita hanya ingin menutupinya.
Setiap kita pasti menginginkan kehidupan yang bahagia. Segala sesuatu akan dilakukan untuk mendapatkan hari-hari yang bahagia. Ada yang berpendapat, 'tak apa tak hari ini, aku berjuang untuk hari-hari bahagia itu sekarang'. Itu sesuatu yang hebat, mempersiapkan masa depan.
Kadang terpikir kehidupan itu seperti menjadi seekor kuda. Pecut yang diberikan oleh pak kusir membuat kuda bangun dan mulai berlari. Mungkin itulah tujuan masalah yang ada di kehidupan kita, bangun dan berlarilah. Tentu saja bangun berbicara tentang tersadar dari tidur atau istirahat atau mungkin juga keengganan. Jika begitu berlari berarti mulai menapaki jalan untuk mencapai tujuan.
Masalah pasti dimiliki oleh setiap orang, tapi tak banyak yang mau memanfaatkan masalah itu. Sebagian orang malah ingin menghindari atau menutupinya. Menutup-nutupi masalah mungkin terkadang terlihat profesional. Mamikirkan masalah memang akan membuat kita mungkin semakin terpuruk. Serasa kita orang yang paling menderita dan tak ada yang mau menolong kita. Pastinya itu juga bukan pilihan. Menutupi ataupun terlalu mendramatisir dan terpuruk dalam masalah, keduanya tak membantu.
Waktu kita kecil, pasti kita pernah merasakan luka karena jatuh saat bermain, padahal pasti orang tua melarang kita untuk berlari-lari. Tapi saat jatuh, hal yang dapat ditebak adalah kita menangis dan orang tua yang menggendong dan mengobati luka kita. Biasanya orang tua akan membersihkan luka kita, baru mengobatinya.Â
Jika tidak, mungkin luka itu akan sembuh, namun dalam beberapa waktu bisa terjadi infeksi jika tak dibersihkan terlebih dahulu. Â Atau cerita kedua, kita terus menangis dan tak segera diobati, tentu saja bukan sebuah solusi.
Masalah yang kita alami tentu bukan untuk disesali dan diratapi terus menerus, tapi bukan juga untuk dibiarkan dan ditutupi.
Cara mendapatkan bahagia jadi bukanlah dengan mendapatkan sesuatu yang dapat membuat kita bahagia atau juga menghindari sesuatu yang membuat kita tak bahagia. Bahagia adalah sesuatu yang keluar dari diri kita sendiri. Menyayangi diri sendiri atau self love bisa dilakukan untuk langkah mencapai kebahagiaan itu. Menurut saya, menyayangi diri sendiri seperti ini: