Mohon tunggu...
Joseph Oris Haryo
Joseph Oris Haryo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seminaris

Seminaris Medan Utama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prafrasa Puisi "Doa" karya Amir Hamzah

16 November 2022   11:22 Diperbarui: 16 November 2022   11:33 2078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Parafrasa Puisi "Doa" karya Amir Hamzah.

Puisi Amir Hamzah yang berjudul Doa mengisahkan pertemuan penulis dengan kekasihnya. Kekasihnya yang dimaksud penulis adalah bukanlah kekasih (pacar) melainkan Tuhan sebagaimana judul puisi tersebut adalah Doa. Pada bait pertama penulis mengkisahkan dirinya yang dapat melihat keistimewaan dari pertemuan dengan Tuhan. Penulis melukiskan pertemuannya dengan Tuhan, kekasihnya yang luar biasa. Maka dari itu pertemuannya tidak bisa dibandingkan dengan petremuan dengan orang-orang biasa. Puisi ini ditulis pada saat bulan purnama yang menyinari serta bintang-bintang yang menghiasi angkasa. Kata"setelah menghalaukan panas" menggambarkan saat itu matahari telah terbenam dan bulan purnama menggantikan matahari.

Pada bait kedua mengisahkan suasana pertemuan penulis menikmati sentuhan Tuhan melalui angin malam yang berhembus. Penulis merasakan angin yang berhembus membuat badan penulis menjadi segar dan membantu menyegarkan pikiran dan hati penulis yang saat itu penat setelah seharian berada di bawah teriknya matahari.

Pada bait ketiga, penulis sedang duduk memandang langit yang dipenuhi oleh bintang yang menghiasi kegelapan. Bulan dan bintang merupakan ciptaan Tuhan. Dalam suasana malam yang gelap dan badan yang terasa penat, penulis menginterpretasikan bahwa Tuhan menyapa penulis melalui cahaya bintang-bintang dilangit. Penulis menunggu kasih dari Tuhan dengan hati yang terbuka seakan rindu dan menyambut berkat ataupun rahmat dari Tuhan. Perasaan dan hati sang penulis terbuka melalui kalbu menunggu karya Tuhan yang akan terjadi pada dirinya. Kalbu merupakan organ tubuh yang akan memberikan rasa afeski pada diri seseorang. Kalbu yang terbuka dalam diri sang penulis digambarkan bagaikan bunga sedap malam menyirak kelopak. Jika kita lihat bunga sedap malam menyirak kelopak adalah memberikan bau-bau wangi yang dapat memikat orang dan menjadikan orang tertarik akan wangi-wangian bunga sedap malam. Dalam hal ini penulis membuka hati dan kalbu pada Tuhan supaya memperhatikan penulis akan kerinduannya untuk menerima berkat yang Tuhan berikan.

Pada bait terakhir dituliskan "Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan

cahayamu,". Penulis sangat memohon kepada kekasihnya, yaitu supaya Tuhan, yang dilambangkan dengan kata kekasih, akan mengisi hatinya yang merindukan karya dan berkat Tuhan dalam diri penulis.  "Biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu! Kalimat ini ingin menyatakan bahwa dengan berkat dan karya Tuhan, penulis akan menjadi lebih semangat dan bergairah laksana matanya bersinar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun