Ahok dinyatakan Bareskrim sebagai tersangka penistaan agama Islam. Penetapan sebagai tersangka tersebut bisa menjadi kabar baik bagi beberapa politikus, Â Yang Keenam beserta anaknya, pencuri tingkat pemerintahan, sebagian kecil orang Muslim, dan pesainnya menuju DKI 1. Disamping itu, hal ini menjadi kabar menyedihkan bagi Yang Ketujuh, Yang Kelima, dan yang Kesatu dari akhirat beserta mayoritas masyarakat Indonesia.
Tidak dapat dibantah, Ahok memang beberapa kali berkata-kata kasar dilihat dari pedoman berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Kata-kata seperti: Gobl*k, Bren*sek. Anj*ng, Bangs*t, dan  T*i. Kata-kata tersebut ia tujukan kepada oknum-oknum jahat dalam pemerintahan atau masyarakat. Gaya berbicara tersebut sering dipermasalahkan karena tidak biasa dilakukan pemimpin politik sebagai public figure.
Berbeda konteks, kata-kata kasar seperti bren*sek. anj*ng, bangs*t, Â juga beberapa kali diucapkan oleh Awkarin di media sosial. Lebih jauh lagi Awkarin juga mengucapkan kata-kata kotor seperti ngent*t, tok*t, dan ti*it. Perbedaannya, Awkarin mengatakan kata-kata tidak baik tersebut secara mengumpat karena kebiasaan. Dampaknya lebih spesifik yaitu kalangan muda saja, bukan masyarakat luas. Umpatan tersebut sering muncul saat dalam obrolan sehari-hari yang ia abadikan. Akibatnya, Awkarin dipanggil KPI beberapa waktu lalu. Â
Baik Ahok dan Awkarin, keduanya sama-sama orang yang dominan dalam kalangannya. Pemimpin di kalangannya, aktif berekspresi, dan sering mengemukakan pendapatnya. Keduanya sama-sama memiliki idealismenya yang besar, Ahok dalam menjunjung keadilan masyarakat dan Awkarin dalam menjunjung kebebasan remaja.
Hasil dari proses hukum yang dijalani Ahok tidak hanya akan menentukan peta politik di Jakarta saja, tetapi juga Indonesia. Terpilih atau tidaknya Ahok akan menentukan berhasil atau tidaknya pembangunan manusia dan kota di Jakarta. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemerintahan daerah yang bersih dan tegas. Berhasil atau tidaknya peperangan dalam memajukan Jakarta. Karena kepemimpinan di Jakarta sangat strategis, maka juga akan memengaruhi pemerintahan Jokowi yang akan menghadapi periode kedua.Â
Baik Ahok dan Jokowi dikenal sebagai kedua pemimpin yang bersih serta bekerja keras dan cerdas. Kasus ini dapat dikatakan permainan politik tingkat tinggi.Â
Oleh karena itu, pihak selain penegak hukum yaitu tim kampanye, parpol pendukung, dan yang terpenting adalah Teman Ahok beserta relawan Ahok. Dikatakan yang terpenting karena Teman Ahok dan relawan-relawan Ahok kedekatan langsung dengan masyarakat dan beredar ditengah-tengah masyarakat. Masyarakat juga harus turut berperan kritis agar hal ini tidak menjadi permainan sedikit kalangan.
Dari kasus ini Ahok mendapat pengalaman berharga bahwa pemimpin bersih pun bisa dipidanakan. Oleh karena itu untuk kedepannya ia harus memiliki tim strategis yang mengontrol media sosial, yang cepat melaporkan atau menghapus penyalahgunaan video dan privasinya. Untuk Awkarin, kedepannya bisa menjadikan bulan suci Ramadan sebagai momentum memperluas jangakauan fansnya dengan pembawaan yang santun. Kelak, mungkin Awkarin bisa menjadi juru bicara Ahok untuk menjaring kalangan anak muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H