Mohon tunggu...
Joseph Jong
Joseph Jong Mohon Tunggu... lainnya -

What do u think about Asian face, American free mind, Australian 190cm body, Antartican blood, European lifestyle, African strength and Unclassified behaviour? - @josephhaylwill FE Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bernyata.

9 Agustus 2013   20:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:29 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dari satu juta orang yang hanya bermimpi besar, hanya satu orang yang berhasil'

Tahun-tahun akhir ini, atau akhir-akhir ini, atau saat ini, nilai-nilai mengenai impian sering diangkat dan disosialisasikan. Mulai dari film-film, iklan, tulisan, seminar, dan lainnya, ajakan untuk berani bermimpi, menaruh impian setinggi-tingginya, sampai menaruh impian terus dikepala sudah cukup banyak. Film-film Dream High, Menembus Impian, dan film-film Disney, iklan-iklan sosial, nasionalis, iklan rokok, novel Sang Pemimpi, 5 cm, dan seminar motivasi banyak mengandung mengenai impian tentunya.

Hal-hal diatas akan mudah menyentuh perasaan anak muda dan akan menggerakan mereka. Oleh karena itu kita biasa menulis mengenai impian, membuat quote-quote pribadi mengenai impian kita, dan menuliskan impian di biodata kita. Anak muda pada usia menuju kedewasaan, 12-21 tahun memiliki masa-masa kabur dan buram akan masa depan sehingga mereka membutuhkan tujuan. Impian bisa dijadikan tujuan bagi anak muda seperti saya dan kamu, mungkin, untuk sedikit menjernihkan kekaburan tersebut. Karena kita sulit berjalan  apabila pandangan didepan kita benar-benar terhalang kabut.

Nah, oleh karena itu ide-ide mengenai impian sangat kita terima dengan hangat dan terus dikembangkan. Saya yakin ide-ide mengenai impian akan terus ada terutama dinegara berkembang, seperti Indonesia, Brazil, Afrika, Rusia, dll. Kenapa dinegara berkembang? Karena dinegara berkembang, kesempatan untuk naik tingkat ekonomi dan status sosialnya masih lebih mudah. Jadi, orang-orang yang dibawah masih punya kesempatan untuk naik dan mereka punya alasan untuk bermimpi meningkatkan kualitas hidupnya. Negara maju? Ide-ide mengenai impian tidak semudah menyebar seperti di negara berkembang, karena penduduk di negara maju sudah tercukupi dan waktu reflektif tidak banyak.

Sedangkan negara miskin, lebih sulit lagi dalam menerima ide-ide tersebut. Disaat orang-orangnya hidup sulit dan banyak kekurangan, orang-orang tersebut lebih berpikir untuk mencukupi dirinya sendiri terlebih dahulu ketimbang bermimpi berguna bagi orang lain. Ide mengenai juga sulit berkembang di negara totaliter dengan sistem ekonomi dan struktur kebudayaan yang tertutup, contohnya Arab. Raja yang merupakan pimpinan tertinggi bersifat turun-temurun dan sistem kedudukan sosial yang ketat yang berpengaruh pada pendidikan, hukum, dan ekonomi. Faktor-faktor itu menyebabkan orang-orang yang berada dikedudukan rendah tidak bisa bermimpi naik tingkat begitu juga orang ditingkat tertinggi sudah tidak perlu bermimpi lagi.

Lanjut mengenai impian itu sendiri, apakah baik atau tidak? Menurut saya impian itu bersifat baik selama kita masih bernyata. Bernyata tidak ada di kamus bahasa Indonesia, tapi tentu kita tahu ber- dan nyata. Bernyata adalah suatu sikap  dan tindakan yang bersifat nyata. Jadi bernyata merupakan sesuatu yang kita lakukan secara nyata, sesuai kenyataan, dan mungkin berguna atau fungsional. Bernyata bisa jadi suatu kesadaran agar kembali kepada kehidupan sebenarnya, tidak berpura-pura atau banyak menghayal.

Bernyata juga bisa berarti membuat sesuatu jadi kenyatakan atau membangun kenyataan secara bertahap.  Apabila kita punya impian, dan tentunya ingin agar impian tersebut menjadi nyata, kita tidak bisa hanya bermimpi, tetapi harus dibarengi dengan bernyata. Kita tentu saja bukan bermimpi untuk mendapat impian, bukan? Kita bermimpi agar mendapatkan kenyataan yang baik nantinya untuk kita. Sulit apabila kita ingin berhasil hanya bermodalkan mimpi. Saya pun tidak begitu setuju kepada ungkapan yang mengatakan bahwa cukup berani bermimpi saja karena tidak rugi dan kalau tidak tercapai setidaknya sudah berani bermimpi. Oleh karena itu selagi kita terus bermimpi sekarang, mari kita mulai bernyata, walaupun sedikit demi sedikit, langkah demi langkah. Cuma bermimpi memang tidak beresiko besar dan tidak melelahkan. Tapi justru hasilnya juga tidak sebesar harapannya. Sedangkan bermimpi yang disertai bernyata, memang lebih beresiko serta membutuhkan perjuangan, fokus, dan konsistensi, namun hasilnya bisa sebesar harapan atau bahkan melebihinya. Bernyata bukan berarti oposisi dari bermimpi, justru bernyata adalah pasangansejati dari bermimpi itu sendiri.

Apabila kamu bermimpi jadi bos besar kamu mulai dari bernyata dengan belajar memimpin kelompok kecil dan konsep terkait. Bermimpi jadi menteri, mulai dari bernyata dengan giat membaca bidang-bidang yang akan ditangani seperti Politik, Hukum, dan Ekonomi dengan lengkap. Bermimpi mendapat suami yang baik, tampan, dan kaya, misalnya istri Raja minyak, jadi Ibu negara, sampai puteri Inggris berikutnya, bisa mulai dari bernyata dengan merias diri, menjaga tubuh, dan berkepribadian baik setiap harinya.

Begitu juga dengan saya, misalnya, yang bermimpi bertemu langsung dan berkenalan dengan Hayley Williams. Saya mulai dari bernyata dengan hal-hal yang nyata dan mungkin: menabung untuk konsernya termasuk tiket meet and greet , men-stalker terus twitternya, dan mempersiapkan diri ke Amerika agar kesempatan lebih besar. Entah apapun mimpimu, sulit dicapai, hampir tak mungkin, bertentangan dengan orang sekitar, terdengar aneh, tidak sesuai jaman, dan apapun lainnya, bisa tercapai atau setidaknya lebih mungkin tercapai apabila kita mulai dengan bernyata dari sekarang. Bernyata dan bermimpi adalah pasangan  sejati yang dapat melahirkan goal hidup kita dan kemenangan. Bernyata adalah rahasia impian menjadi nyata. Jadi, mulailah bernyata :).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun