Mohon tunggu...
Edy Apriyanto Sudiyono
Edy Apriyanto Sudiyono Mohon Tunggu... -

peacekeeping.......

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maafkan Aku Sayang, Aku Hanya Penjual Kopi

1 Agustus 2010   06:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:24 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ting ting….. ……jarum jam menunjukkan pukul 11:27 BBWI, dan itu artinya matahari sedang riang menampakkan senyumnya. Tidak ada berbeda dari biasanya, semua senyap, hening, sepi, dan entah apa lagi perumpamannya. Ketidakberpihakan rezeki terasa amat sangat, mengumpat pun tidak ada gunanya, tidak berguna jika sedang seperti ini. Terasa sekali semuanya serba cepat, detik, menit, jam, hari, bulan, dan sekarang telah beranjak ke saat yang tidak diinginkan, sepi.

**********

Tersenyum saja dalam hati, sembari mendengarkan Rock n’ Roll Over nya Mr.Big. Bersenandung sendiri, kosakata sudah habis, hari demi hari seperti ini, bosan. Jenuh itu yang ada diatas kepala, badan remuk bercampur peluh dan bau minuman khas.

Ting…….
Bengong sembari berpikir…………

Jam 08:00 BBWI
ridi tu go tu mai kovi sop

Jam 09:00 BBWI
beres-beres kedai, siap menerima tamu.

Jam 10:00 BBWI
open de dor……

Jam 11:00 sampai jam 20:30 BBWI
meking espresso, miks samting, sesekali diaduk agar merata…….

Jam 20:30 BBWI

Taim to klosing, priper for tummoro

Jam 21:30 BBWI

Bersiap tidur, dan menjaga stamina buat keesokan harinya.

Hah, bahkan hanya sekedar bercengkrama dengan teman saja sudah hampir punah. Selain mereka sibuk dan menyibukkan diri, ternyata memang mereka mempunyai rutinitasnya masing-masing. Apalagi untuk kencan sehat ala Dokter Boyke praktis sudah tidak sanggup. Rutinitas itu dan sebagai gaya hidup.

*****

Apa kata orang, semua kata orang, yang selalu diperdebatkan hanyalah sebuah pekerjaan. Mereka berpikir hanya dengan pekerjaan yang layaklah yang bisa menghidupi diri nya sendiri atau orang lain, seperti apa??....anda salah kawan!!! Bukan itu yang dimaksud dengan kemapanan. Semua tidak terlaksana dan dihasilkan dalam tempo yang singkat. Berfikirlah!! Pikirkan bahwa kita bukan hanya untuk saat ini saja, bukan untuk sebuah pandangan, ataupun untuk sebuah loyalitas.

Loyalitas untuk diri sendiri lah yang dibutuhkan, bukan untuk orang lain. Segala sesuatunya keluar dari reaksi. Reaksi diri yang terbelenggu kebebesaan yang absurd, yang hanya dimiliki oleh sebagian orang, tanpa terkecuali. Keterkecualian itu hanya milik yang Sempurna, yang memiliki segalanya.

Kita buka mata masing-masing, provokasi dalam diri semakin besar. Semua akan berujung kepada ketidakmampuan memiliki. Memiliki apapun yang kita inginkan, ataupun itu sebuah pandangan.

*******

Dari semua itu, yang terpenting adalah bagaimana kita hidup dengan otak yang terbuka dan mengajarkan keterbukaan. Bukankah otak kita bekerjanya seperti parasut, yang artinya dia baru bisa dipakai kalau dia mengembang dan terbuka (Prof. Rhenald Kasali).

Ini hanya sekedar tulisan dari seorang penjual kopi, yang risih dengan apapun yang mengernyitkan dahi, bukan anti kemapanan, tetapi sebuah reaksi diri yang dikeluarkan untuk sekedar berbagi.

Maafkan Aku Sayang, Aku Hanya Penjual Kopi…………..ting…………

Salam gokil buat semua…..

Indonesia Satu, damai sama-sama!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun