Seribu peserta menguji fisik dan mental di Bromo Marathon 2016 (4/9). Ini adalah tahun keempat Maraton dilaksanakan. Balap lari ini bukan saja disambut baik oleh para pelari, tetapi juga oleh warga setempat.
"Ya, Bromo Marathon ini membantu segala lapisan masyarakat," tutur Santi, seorang relawan asli Desa Tosari. Ujaran Santi senada dengan misi Bromo Marathon yaitu menyokong perbaikan tingkat kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan warga setempat.
Lomba diikuti pelari tanah air dan mancanegara seperti China, Amerika Serikat, Kenya dan India. Total sebanyak 1250 pelari berpartisipasi dalam ajang tersebut.
Bagi pelari asal Singapura Scott dan Graham, ini adalah pertama kali mereka menelusuri rute khas Pasuruan. Keduanya hadir untuk menantang diri di kategori half-marathon (21 Km).
"Saya mendengar Bromo Marathon dari kawan yang tahun lalu mengikuti. Ia merekomendasi karena pengalaman lalu yang berkesan," tutur Scott dengan ramah.
Meski diperuntukkan bagi pemula dan profesional, medan yang ditawarkan Bromo Marathon tidak dapat dikatakan mudah. Lintasan pada ajang ini membutuhkan komitmen para pelari. Rute yang tersedia merupakan kombinasi antara jalur tanah dan aspal yang jarang mendatar.
Ketika lomba dimulai, pelari segera disambut oleh jalan menurun panjang yang disambung dengan jalur mendaki yang ampuh membuat kebanyakan hanya berjalan.
"Jalur berat sekali. Hampir setengah rute menurun dan sisanya menanjak!" Ivan, seorang finisher 10K dengan waktu satu jam 14 menit, mengaku.