Mohon tunggu...
Joseph Edwin
Joseph Edwin Mohon Tunggu... Penulis lepas -

Melukis kita dengan kata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Romansa Lintas Rasa: Sambal Racikan Malang, Rasa Dewata, Cara Jerman

13 Oktober 2016   18:06 Diperbarui: 13 Oktober 2016   21:46 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari ide menjadi nyata. Sumber: Arsip Sandy Dwiputra

Rasa gurih dan bumbu sedap kini menari di atas lidah.

Saat langit-langit mulai merasa bersalah karena kehadiran sedikit minyak, nasi putih pun dilahap. Butiran halus hangat dan wangi menghapus penyesalan dan membawa keseimbangan rasa.

Elemen flora dan fauna; komposisi padat dan lembut; sensasi gurih dan wangi berpadu sempurna lalu dengan mudah hilang tertelan.

Kata yang terucap dalam hati hanya ‘enak’. Masih ada yang kurang. Suap kali kedua harus lebih memuaskan.

Sambal Lahar. Sumber: Sandy Dwiputra
Sambal Lahar. Sumber: Sandy Dwiputra

Sesendok Sambal Lahar membuat hidangan menjadi hidup. Sambal merah merona melengkapi ayam keemasan dan nasi putih bersih. Nuansa kini tak sebatas asin dan wangi; ada rasa pedas yang membuat melek, masam yang segar dan gurih menggugah selera.

Untuk sesaat otak berputar mencari nama yang tepat untuk si panas satu ini. Tiba-tiba teringat deru angin sepoi-sepoi, matahari terang di cakrawala terbuka dan suara ombak bergilir menyapu pantai.

Tidak salah lagi. ‘Sambal Lahar — Matah’ jawabannya — titisan Matah khas pulau Bali.

Tanpa tipu daya, kini hati rela mengujar kata yang lebih pantas untuk menutup makan siang. ‘Nikmat’.

Lukisan di atas ingin dibagikan oleh Sandy dengan mengajak semua untuk melirik ‘Sambal Lahar’ racikannya, mencium wanginya, serta merasakan harmonisasi gurih dan pedas.

‘Sambal Lahar’ adalah teman serasi di saat lapar menghampiri — menyulut api di mulut, mengundang peluh di dahi, sambil menantang indera pengecap para petualang kuliner.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun