Pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha terhadap Perkembangan Seni Rupa di Indonesia
Masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia memberikan banyak pengaruh budaya dan menyebabkan terjadinya akulturasi. Akulturasi adalah percampuran budaya tanpa menghilangkan ciri khas dari budaya tersebut. Akulturasi yang terjadi menyebabkan terjadinya perkembangan dalam banyak bidang, salah satunya adalah dalam bidang kesenian. Perkembangan kesenian di Indonesia seperti dalam seni rupa, seni pertunjukkan, seni bangunan, seni kriya, dan lainnya mendapatkan beberapa pengaruh dari kebudayaan Hindu-Budha. Akulturasi kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia berlangsung dalam waktu yang lama dengan proses imitasi (peniruan), adaptasi (penyesuaian), dan kreasi (penguasaan).
Salah satu aspek kesenian yang perkembangannya dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha adalah bidang seni rupa. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya bukti-bukti berupa hasil kesenian. Hasil seni rupa pada zaman kerajaan Hindu-Budha di Indonesia memiliki beberapa ciri-ciri khusus. Ciri pertama, Â yaitu hasil seni biasanya bersifat feodal atau berfokus pada raja (kultus raja). Selanjutnya, kesenian juga digunakan untuk hal sakral seperti menjadi media upacara agama yang dilatarbelakangi oleh pengaruh dari agama Hindu dan Budha yang berasal dari India, meskipun demikian, dalam perkembangan kesenian di Indonesia pada zaman Hindu-Budha tidak sepenuhnya meniru tetapi mengalami adaptasi dengan dasar budaya asli Indonesia (Prawira, 2001). Ciri yang ketiga adalah kesenian yang bersifat konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada pedoman sumber hukum agama.
Hasil seni rupa dari kebudayaan Hindu-Budha bervariasi dalam bentuknya. Salah satu contoh yang paling umum dan mudah dilihat adalah seni bangunan. Salah satu hasil seni bangunan yang paling banyak dikenal adalah dalam bentuk candi. (Candi berasal dari kata "Candika" yang merupakan nama dari salah satu Dewa kematian). Ada banyak candi-candi peninggalan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Candi-candi tersebut biasanya dibangun sebagai monumen untuk memuliakan dan menghormati raja yang meninggal. Selain itu, candi juga memiliki fungsi-fungsi lain seperti menjadi gapura, tempat bertapa dan bersemedi, tempat pemujaan, dan lainnya.Â
Candi-candi tersebut memiliki beberapa karakteristik yang menunjukkan adanya pengaruh kebudayaan dari India. Dalam candi Hindu terdapat arca-arca Dewa Trimurti, yakni Dewa Siwa, Dewa Wisnu, dan Dewa Brahma. Arca-arca tersebut menjadi salah satu bukti dari pengaruh kebudayaan Hindu pada perkembangan kesenian di Indonesia. Bentuk candi Hindu juga memiliki karakteristik yang berbeda dari candi Budha, yaitu biasanya berbentuk lebih ramping dan menjulang lebih tinggi. Sementara itu, candi Budha juga memiliki karakteristiknya tersendiri. Berbeda dengan candi Hindu, candi Budha umumnya berbentuk lebih lebar dan tidak begitu tinggi. Candi Budha juga memiliki arca Buddha dengan bentuk kesederhanaannya. Karakteristik lainnya dari candi Hindu-Budha adalah relief-relief yang umumnya memiliki kisahnya tersendiri.
Relief-relief tersebut juga merupakan bentuk kesenian yang dipengaruhi oleh akulturasi budaya Budha dengan Indonesia. Relief naratif dalam candi Budha, contohnya pada Candi Borobudur menceritakan tentang kelahiran Bodhisatva, kehidupan Buddha sebelum menjadi Dewa, perjalanan Sudhana, dan masih banyak lagi. Â Relief pada candi Hindu tentunya menceritakan hal yang berbeda. Relief pada candi Hindu biasanya menceritakan kisah-kisah 'Mahabarata' dan 'Ramayana'. Selain relief naratif, terdapat juga relief dekoratif yang berfungsi untuk meningkatkan estetika dari candi tersebut. Corak-corak dari relief tersebut juga menunjukkan pengaruh akulturasi kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia cari berisi tentang cerita-cerita yang awalnya tidak berasal dari Indonesia. Â
Â
Selain dilihat dari segi relief-reliefnya, bentuk dari candi Budha juga menunjukkan filosofi Budha yang membuktikan pengaruh budaya Budha pada seni bangunan di Indonesia. Struktur candi Budha umumnya berbentuk seperti punden berundak yang merupakan konsepsi alam semesta (Pramesti, 2022). Mengambil contoh dari salah satu candi Budha di Indonesia yaitu, Candi Borobudur. Candi ini terdiri atas tiga tingkatan yang diartikan sebagai roda kehidupan alam semesta. Bagian paling bawah dari candi disebut sebagai 'Kamadhatu' yang dalam Bahasa Sansekerta berartikan dunia nafsu, sehingga bagian ini melambangkan manusia dan keterkaitannya dengan hawa nafsu duniawi. Bagian tengah dari candi yang melambangkan alam antara dimana manusia sudah tidak terikat dengan hawa nafsu namun masih terikat dengan dunia nyata disebut sebagai 'Rupadhatu'. Bagian terakhir yaitu bagian paling atas dari candi adalah 'Arupadhatu' yang adalah lawan dari 'Kamadhatu' melambangkan alam yang sudah sepenuhnya terlepas dari hawa nafsu.
Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha pada seni bangunan di Indonesia dapat dilihat pada masa setelah kerajaan Hindu-Budha, yaitu masa Islam. Hal ini dapat dilihat dari bangunan-bangunan ibadah pada masa Islam yang bentuknya dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha. Salah satunya adalah Masjid Demak yang arsitekturnya berundak. Bentuk berundak ini juga dapat dilihat dari candi-candi Hindu-Budha sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan Hindu-Budha mempengaruhi filosofi dari seni bangunan di masa selanjutnya (Budiman, 2012).
Selain dari pada seni bangunan, perkembangan pada bidang seni patung juga dapat dilihat pengaruh dari masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Terdapat banyak patung-patung yang dibentuk pada zaman kerajaan Hindu-Budha yang dapat menunjukkan adanya hubungan antara masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia dengan perkembangan kesenian di Indonesia. Biasanya, patung-patung tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri. Patung-patung dari Dewa Trimurti dalam Hindu biasanya diberikan atribut tersendiri, misalnya dapat dibedakan dengan kendaraaan dari patung-patung Dewa tersebut. Sementara pada patung-patung Budha umumnya memiliki ciri-ciri seperti memakai jubah dan memiliki tanda pada keningnya yang disebut sebagai urna.
Bentuk seni rupa lainnya yang dipengaruhi oleh akulturasi kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Hindu-Budha adalah dalam bidang seni hias. Candi-candi Hindu-Budha biasanya memiliki dekorasi yang dibuat agar menyerupai suasana alam pegunungan. Hal ini dikarenakan candi-candi tersebut biasanya merupakan tiruan dari Gunung Mahameru yang dipercayai suci sebagai tempat para Dewa. Seni hias yang dapat dilihat biasanya berbentuk flora dan fauna. Bentuk dari seni hias tersebut dibedakan menjadi hiasan arsitektur (3 dimensi) dan hiasan bidang (2 dimensi). Contoh dari hiasan arsitektur adalah hiasan dari atap candi yang berbentuk mahkota, hiasan menara sudut pada candi, dan hiasan pada bagian atas pintu yang bermotif Banaspati. Sementara itu, contoh hiasan bidang adalah hiasan yang mengandung cerita, hiasan dengan motif flora dan fauna, pola geometris, dan juga hiasan dengan pola makhluk-makhluk khayangan.