Mohon tunggu...
Jose
Jose Mohon Tunggu... Guru - Saya Hose merupakan seorang guru. Saya memiliki pengalaman mengajar masih sangat mudah, kurang lebih empat tahun. Dan saya memiliki kesempatan menulis kolaborasi serta memiliki karya pribadi.

Saya Hose merupakan seorang guru. Saya memiliki pengalaman mengajar masih sangat mudah, kurang lebih empat tahun. Dan saya memiliki kesempatan menulis kolaborasi serta memiliki karya pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Empati Membentuk Design Thinking

18 Februari 2023   23:16 Diperbarui: 18 Februari 2023   23:19 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mempelajari banyak hal dari proses pengabdian saya pada lembaga pendidikan saat ini. Kehadiran saya bersama murid merupakan suatu proses belajar: mengenal, memahami, mempelajari. Pada awal pertemuan bersama murid, saya merasa bahagia. Karena kehadiran mereka adalah kesempatan bagi saya untuk berkolaborasi belajar. Dalam praktik pengajaran, saya mulai mengenal kemampuan murid satu per satu. Hari demi hari, saya semakin membersamai serta mengenal kelemahan dan kelebihan setiap murid.

Dalam perjalanan waktu, saya merasa kurang dari apa yang saya lakukan dalam proses pembelajaran. Saya memiliki pengalaman dalam proses belajar murid, yaitu kedua murid saya kurang aktif, bahkan lambat dalam menanggapi atau memahami materi yang disaijkan. Saya merasa kurang nyaman dengan pengalaman tersebut. Saya berkata kepada diri saya: saya harus bisa membimbing mereka agar mereka aktif dalam belajar.

Proses pengenalan saya terhadap mereka memberikan pengaruh sangat mendalam terhadap pengalaman saya dalam membersamai proses belajar. Saya melihat hal yang dialami tersebut merupakan suatu tantangan dan suatu kesempatan belajar memahami apa yang dialami oleh murid. 

Oleh karena itu, saya memiliki prinsip bahwa menjadi guru bukanlah menuntun kepandaian semata, tetapi empati. Empati merupakan suatu sikap yang saya miliki dalam mewujudkan tujuan proses pembelajaran yang harus dicapai oleh murid.  

Sikap empati membantu saya untuk tidak memihak salah satu murid;  tetapi sikap empati merupakan suatu bentuk saya memposisiskan diri guru sebagai apa yang dialami oleh murid. Ia terlibat utuh dalam pengalaman tersebut.  Inilah proses belajar memaknai tantangan sebagai kesempatan belajar saya membersamai murid. Murid adalah guru. Kehadiran murid memberikan pengajaran bagi guru penuh makna. Proses pemaknaan tersebut dapat dirasakan dalam khazanah empati.

Dari sekian murid yang saya ajar, ada dua murid yang memiliki kelemahan dalam berpikir di pelajaran agama Katolik dan pelajaran Sosiologi.  Kedua murid tersebut, yaitu Anton (nama samara) murid SMP dan Rinto (nama samara) murid SMA. Saya mengetahui kelemahan murid tersebut ketika saya memberikan pertanyaan secara terbuka disaat proses pembelajaran dalam kurun waktu tiga bulan. Dalam kurun waktu tiga bulan, saya melakukan pengamatan serta mencari alat ukur untuk menguji kemampuan menganalisis suatau masalah tertentu. Jika saya mengajukan pertanyaan, mereka  seringkali berkata kepada saya, pertanyaannya saya kurang mengerti pak! Mereka sangat lamban dalam mengungkapkan gagasannya.

Dari masalah tersebut kegiatan belajar kurang aktif, materi susah diterima oleh kedua murid, nilai ujian mereka menurun. Saya mengukur kemampuan mereka tidak hanya melalui pertanyaan tetapi melalui kuis atau ujian sumatif. Dari hasil kuis dan ujian sumatif, hasilnya sangat rendah. Alangkah sedih, saya melihat hasil jawaban dari kedua murid tersebut.

Jangan berhenti untuk belajar. Setiap murid adalah hadiah bagi guru untuk mengarungi proses belajarnya. Belajar adalah suatu usaha menguatkan kapasitas diri: daya pengetahuan, daya kematangan emosi, daya kematangan komunikasi yang bertujuan untuk dapat memberdayakan murid secara holistik.

Dalam meyikapi masalah yang dihadapi murid, saya melakukan coaching terhadap murid. Saya melakukan coaching bertujuan untuk menggali kesadaran murid, misalnya mengenal cara belajarnya, kebiasaan belajar, pola hidup yang mempengaruhi daya kognitifnya, dll.  

Suatu hal yang diungkapkan murid merupakan sebuah potensi diri yang perlu diketahui dan diasah terus-menerus agar guru dapat melakukan proses pengajaran sesuai dengan apa yang dibutuhkan murid. Ketika saya telah memiliki data tersebut saya dapat melakukan sebuah percobaan untuk melatih murid dalam melakukan praktik proses berpikir secara sederhana. Media pembelajaran yang saya gunakan adalah design thinking. Design thinking merupakan salah salah satu media ekspreimen saya dalam menguji perkembangan murid dalam menganalisis sebuah masalah di pelajaran sosiologi dan agama Katolik.

Dalam proses mempraktek pola belajar design thinking saya menyajikan beberapa hal untuk memulai proses melatih murid berpikir. Pertama, murid mencari sebuah masalah. Kedua, murid melakukan kegiatan sebagai berikut: pertama, murid menerapkan proses berpikir 5 W1H (Who, What, When, Where, Why). Kedua, Know what learned. Murid diajak untuk memahami: saya mengetahui, saya ingin tahu, saya mempelajari. Ketiga, cause, effect, implication. 

Murid diajak untuk menemukan penyebab, efek serta impilkasi dari sebuah masalah yang dianalisis dalam praktik kehidupan sehari-hari.  Keempat, sloving problem. Murid diajak untuk menemukan solusi, evaluasi, solusi akhir dari masalah tersebut. Kelima, murid melakukan perbandingan serta menemukan persamaan masalah tersebut dengan pengalaman hidupnya dan dari hasil pengamatannya.

Dari hasil percobaan dengan metode tersebut kedua murid mengalami perubahan sedikit demi sedikit dari cara berpikirnya.  Proses belajar design thinking  tersebut saya terapkan selama satu semester. Dari hasil latihan tersebut, saya mencoba menguji dalam ujian akhir sekolah, ternyata murid saya mengalami perubahan secara signifikan dalam menyampaikan gagasannya dalam sebuah tulisan.

Dari hasil pengalaman belajar tersebut, saya sebagai guru merasa bahagia karena bentuk empati yang saya terapkan dapat menghasilakn perubahan belajar design thinking pada murid. Menjadi guru tentu harus benar-benar mengayomi, menuntun, mengajari agari ia membangun suatu kebisaan baru dari proses belajar bersama gurunya. Dari pengalam ini, saya sungguh mengahayati bahwa menjadi guru bukan mencari nilai semata dari muridnya. Menjadi guru adalah proses memanusiakan seorang murid. Guru perlu membangkitkan muridnya dari ketakberdayaannya dengan cara masing masing. Empati mendorong saya menjadi guru bukan sekadar guru yang biasa-biasa saja tetapi guru yang sungguh-sungguh melayani kebutuhan murid.

Keberpihakan guru terhadap kebutuhan murid merupakan suatu modal dasar bahwa pada saat itu ia menerima kesempatan dari muridnya untuk belajar berproses. Tanpa adanya murid yang demikian, seorang guru tidak akan pernah mengalami proses belajar yang lebih menantang. Oleh karena itu, kepekaan guru, rasa empati guru terhadap murid adalah suatu poros perubahan ekosistem belajar guru dan murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun