Mendidik seorang anak selalu didahului pertimbangan rasa nyaman: Â ketika saya melakukan hal ini atau itu, anak saya terima gak ya? Pola pikir ini membantu kita untuk melakukan proses mendidik yang membutuhkan pola pendekatan well being.
Pola pendekatan well being merupakan pola pendekatan yang dilakukan secara sadar dengan menerapkan pertimbangan psikologis seseorang, seperti rasa nyaman, merasa ia dihargai, ia merasa dihargai, ia merasa diperhatikan. Ini konsep dasar dalam mendidik yang harus kita lakukan sebagai pendekatan awal. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan. Dan mengapa saya mengatakan hal ini?
Sungguh ini bermula dari praktek yang saya lakukan di kelas atau di mana saya berada bersama siswa saya. Saya merasa tidak nyaman ketika saya melihat siswa saya melipat kaki sambil duduk di kursi. Alasan sederhana, ketika melipat kaki, misalnya ketika proses belajar tentu ini menggambarkan situasi body language siswa, misalnya ia merasa tidak nyaman, malas, bahkan ia enggan untuk mengikuti pelajaran. Di sisi lain, kita harus sadar bahwa ketika siswa melakukan hal itu adalah sesuatu yang tidak diperkenankan karena tidak semua siswa melakukan hal yang sama, maka yang dilakukan oleh saya adalah bersikaplah seperti teman-temannya. Duduk tanpa melipat kaki.
Apakah saya hanya berbicara tentang hal seharusnya atau sebaliknya? Saya mendekati siswa baik pria maupun wanita untuk menurunkan kaki mereka. Mengapa saya melakukan hal ini?
Ketika kita melakukan sesuatu dengan sentuhan, maka siswa akan mengingat hal yang pernah ia lakukan itu kurang sopan. Dan pada situasi selanjutnya, secara tidak sadar ia melakukan, saya berhenti berbicara dan melihat saja ia sudah sadar, ia melihat kondisi dirinya. Dan saat itulah dengan sendiri ia merubah hal yang kurang sopan  tersebut.
Kepekaan guru terhadap hal-hal yang kurang sopan  harus diperhatikan secara intens terhadap siswanya. Kepekaan guru mendorongnya untuk siap memberikan arahan yang menyadarkan siswa tentang what should I do?
Kepekaan memberikan kesadaran sepanjang ada rasa keberpihakan pada murid. Kehadiran guru bersama murid perlu menumbuhkan sikap ini dan menjauhkan sikap apatis, menganggap sepele terhadap sesuatu yang kurang wajar untuk dilakukan bersama orang lain.
Saya pernah mengatakan kepada siswa saya: jika anak-anak ingin melipat kaki ketika Anda duduk sendiri seperti di kamar, akan tetapi ketika Anda berada di ruang terbuka maka hal itu harus dibatasi, bahkan seharusnya tidak boleh dilakukan. Apakah hal ini membatasi kebebasan siswa?
Tidak. Siswa didik tahu menempatkan sikap dan tindakan, antara ruang persoanal dan ruang publik. Nah, ada nilai moral yang ditanamkan melalui proses mendidik tersebut, yaitu siswa menyadari bahwa setiap ia berada, ia selalu mengontrol segalanya dari dalam dirinya. Dirinya adalah penggerak perubahan bagi lingkungan di mana ia berada. Ya, harus diakui, untuk mencapai proses belajar bermakna ini membutuhkan  proses yang cukup membutuhkan kesabaran serta konsistensi.
Akankah saya menyerah? Menyerah untuk mendidik siswa adalah dosa terbesar bagi seorang guru. Menjadi guru adalah sebuah tanggung jawab untuk mengarahkan hal-hal baik yang diwariskan oleh Maha Kuasa kepada umatNya. Oleh karena itu, mendidik adalah sebuah proses untuk mengarahkan siswa untuk mendapatkan kebaikan Allah di dalam dirinya. Action yang menyadarkan siswa adalah tanggung jawab moral, baik dilakukan orang tua di rumah maupun guru di sekolah.
Kepekaan adalah kunci utama untuk  mewujudkan perubahan pada lingkungan sekitar murid berada.