Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan Ibu Nunuk Nuraini, Indomie Racikanmu Tak Mungkin Terlupakan

28 Januari 2021   12:23 Diperbarui: 28 Januari 2021   12:29 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini saya baru mendengar jika Nunuk Nuraini, sang peracik berbagai varian rasa dari mie instan paling populer di tanah air, Indomie, meninggal dunia pada rabu, 27 Januari 2021. Ibu Nunuk Nuraini berpulang ke pangkuan yang Kuasa di usia 59 tahun.

Di balik popularitas Indomie yang mendunia, namanya tentu tidak mungkin akan terlupakan. Sebagaimana diketahui, Ibu Nunuk Nuraini telah bekerja sebagai peramu berbagai rasa Indomie selama hampir 30 tahun. Tak hanya mendunia, Indomie racikan bu Nunuk bahkan dinobatkan sebagai mie instan terenak versi LA Times pada November tahun 2019 lalu.

Indomie pertama kali diluncurkan pada awal tahun 70an dengan varian rasa kaldu ayam. Hingga kini, Indomie rasa kaldu ayam masih sangat dinikmati. Siapa yang tak bernah mencicipi lezatnya Indomie kuah yang satu itu?

Meski keberadaan mie instan terus menjadi perdebatan hingga kini, terutama soal manfaat dan efeknya untuk kesehatan, nyatanya Indomie tak pernah hilang dari pasar bahkan varian rasanya min beragam dari hari ke hari.

Beberapa alasan produk mie instan makin populer dari tahun ke tahun karena harganya yang sangat terjangkau. Tentu kita masih ingat pernyataan Ridwan Kamil beberapa waktu lalu yang menyebut Indomie dan sosok ibu Nunuk sebagai pahlawan bagi anak kos. Anak kos mana yang tak bersyukur dengan adanya Indomie, terutama di akhir bulan saat uang kiriman mulai menipis?

"Coba anak-anak mahasiswa, ucapkan terima kasih dan doa yang baik untuk ibu Nunuk, sosok pahlawan bagi anak-anak kos, terutama jika akhir bulan. Hidup Unpad," tulis akun Instagram @ridwankamil. Baca disini.

Sebenarnya tak hanya soal harganya yang terjangkau, mie instan yang sangat mudah disajikan gak pakai ribet menjadi pilihan di saat-saat sedan sibuk. Tinggal direbus atau diseduh dengan air panas beberpa menit saja, olahan mie rebus atau mie goreng siap mengganjal perut yang kelaparan.

Namun tentu saja harus berhati-hati jika terlalu menggantungkan diri dengan mengkonsumsi mie instan hampir tiap hari. Keseimbangan gizi tentu perlu diperhatikan, karena tubuh tidak cukup hanya dengan kandungan gizi yang terdapat pada mie instan.

Saya sebenrnya bukanlah pecinta mati Indomie atau produk mie instan lainnya. Kalau pun tak ada mie instan, tentu juga tak masalah bagi saya.

Namun harus saya akui, di waktu-waktu tertentu seperti di saat selera makan sedang hilang, Indomie kuah selalu menyelamatkan perut yang kosong. Biasanya, seduhan mie kuah dengan potongan sayur hijau dan cabe rawit serta telur dapat memulihkan selera makan saya ketika sedang flu atau kehilangan selera makan.

Beberapa kali, saat berlibur ke luar negeri yang makanannya tidak cocok di lidah, Indomie juga pernah menjadi penyelamat dari kelaparan. Seperti beberapa tahun lalu saat berlibur ke Abu Dhabi, setelah merasa eneg dengan makanan-makanan disana, tiba-tiba perut mogok makan. Dan saya sangat bersyukur, disana dijual Indomie yang kemudian memulihkan selera makan saya.

Juga saat berlibur ke Thailand sesaat sebelum terjadi pandemi covid-19. Tiba-tiba setelah lelah kesana kemari dan sempat beberapa kali hujan-hujanan, saya pun mengalami flu dan membuat selara makan saya hilang.

Beruntung di sebuah toko di Bangkok, saya menemukan kemasan Indomie yang siap seduh. Sekembalinya ke hotel, dengan antusias saya kemudian menyeduh Indomie yang saya beli dan memang sangat membantu perut yang kosong dan memulihkan selera makan yang sempat hilang.

Tulisan ini tentu saja tidak sedang promosi, tapi ketika mendengar kabar duka soal kepergian bu Nunuk Nuraini, saya merasa perlu menyampaikan terimakasih melalui tulisan ini. Bu Nunuk dan varian Indomie racikannya tak mungkin dapat saya lupakan.

Selamat jalan bu Nunuk Nuraini! Semoga seluruh keluarga yang berduka diberikan ketabahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun