Merenungkan semua yang terjadi ini, benarlah hanya atas kemurahan Tuhan saja, akhirnya kita sampai di bulan penghujung tahun 2020. Hanya karena anugerahNya sajalah, kita bisa menapaki bulan desember yang biasanya kita sambut dengan hiruk pikuk perayaan natal dan penyambutan tahun baru.
Namun kini, kita harus sedikit bersabar, merayakan Natal dan Tahun Baru dengan cara berbeda di tengah kondisi pandemi yang masih berlangsung. Anak-anak Sekolah Minggu tidak lagi bisa bernyanyi dan menari bersama teman-temannya di gedung gereja dalam suasana sukacita Natal.
Perayaan-perayaan Natal 2020 yang kita ikuti saat ini, lebih banyak dilakukan secara virtual. Meski tahun ini menjadi suasana yang berbeda, jauh dari kemeriahan dan kehangatan Natal seperti tahun-tahun sebelumnya, namun kita tidak boleh melupakan makna Natal itu sesungguhnya.
Bagi kita, Natal tentu saja bukan soal seremonial semata, tetapi merayakan Natal berarti menghayati kehadiran dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita. Kita percaya, bahwa Tuhan hadir di segala zaman dan situasi, termasuk di masa-masa sulit seperti saat ini.
Catatan Injil menurut Matius pasal pertama ayat yang ke23, tertulis demikian:
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita.
Kalimat ini adalah ucapan malaikat Tuhan yang datang kepada Yusuf dalam mimpinya. Ketika mengetahui bahwa Maria tunangannya mengandung padahal mereka belum hidup sebagai suami istri, Yusuf berniat untuk berpisah dengan diam-diam.
Ini semua dilakukan Yusuf bukan untuk melukai hati Maria tunangannya, tetapi karena ketulusan hatinya dan tidak mau mencemarkan nama Maria tunangannya di muka umum.
Ketika sedang mempertimbangkan maksudnya itu, malaikat utusan Tuhan datang kepada Yusuf dan berpesan agar Yusuf tidak takut mengambil Maria sebagai isterinya karena anak yang di dalam kandungan Maria adalah dari Roh Kudus.
Dalam kelanjutan mimpinya, malaikat itu berkata bahwa Maria akan melahirkan seorang anak laki-laki dan Yusuf haruslah menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya.
Kehadiran Yesus di tengah dunia yang penuh dosa, kemudian kita hayati sebagai penyertaan Allah bagi kita manusia berdosa. Dia yang adalah Tuhan, rela turun ke dunia untuk turut merasakan kesulitan manusia di dunia dan menjadi penolong dalam kesesakan. Kehadiran-Nya inilah yang kita hayati sebagai Imanuel.