Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Ulos Nasional: Ulos Sebagai Warisan Budaya dengan Nilai Filosofis yang Luhur

17 Oktober 2020   20:36 Diperbarui: 17 Oktober 2020   22:36 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ulos dalam Upacara Adat Perkawinan Batak | Dokpri

Budaya batak dan ulos adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Pada semua adat istiadat orang batak, dipastikan akan menyertakan ulos di dalamnya.

Ulos dalam bahasa batak berarti kain. Pada dasarnya, ulos merupakan selembar kain berbentuk selendang yang awalnya dibuat secara tradisional dengan menggunakan alat tenun dari bahan kayu dan bambu.

Seiring dengan perkembangan era industri, kini ulos banyak diproduksi dengan mesin. Tentu saja, nilai ulos produksi mesin tidak bisa dibandingkan dengan yang diproduksi secara tradisional dengan cara ditenun.

Secara umum, ulos memiliki warna dominan hitam, merah dan putih dengan hiasan benang warna emas atau perak. Satu ulos tenun biasanya diselesaikan hingga berminggu-minggu lamanya oleh seorang pengrajin ulos.

Seorang penenun setiap hari harus duduk berjam-jam dengan tekun untuk menghasilkan ulos yang indah, rapi dan bernilai tinggi. Itu lah mengapa, satu lembar kain ulos asli tenun berkualitas tinggi bisa dibandrol hingga 10 juta rupiah.

Namun tentu saja, pekerjaan menenun ulos ini bukanlah kerjaan sambilan. Seorang penenun ulos tradisional benar-benar harus sabar dan teliti menyusun benang lembar per lembar sehingga menghasilkan motif yang tepat.

Biasanya, seorang pengrajin ulos tradisional hanya mampu menyelesaikan 1 - 2 lembar ulos tenun dalam satu bulan. Itupun dengan sistem pesanan, dibuat berdasarkan tempahan dari yang menginginkannya.

Karena proses pembuatannya yang lama dan butuh kesabaran, banyak anak muda kini enggan menekuni profesi sebagai penenun ulos. Hal yang sungguh mengkuatirkan sebenarnya. Seiring dengan berlalunya generasi penenun ulos sekarang, jika tak ada yang meneruskan, bisa saja ulos tenun tradisional akan punah.

Dalam upacara adat istiadat suku batak, kain ulos digunakan untuk keperluan "mangulosi". Istilah ini berarti memberikan ulos kepada seseorang sebagai tanda "holong" atau cinta kasih dari si pemberi dalam rangkaian acara adat batak.

Mangulosi menjadi kegiatan inti dari seluruh upacara adat suku batak mulai dari upacara pernikahan, kelahiran, hingga kematian. Yang berperan memberikan ulos adalah hula-hula atau tulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun