Bukan tidak mungkin, kembali akan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran seperti halnya PSBB tahap I yang lalu. Pembatasan kapasitas akan menurunkan produktivitas sektor usaha dan pengurangan karyawan bisa saja menjadi hal rasional yang dilakukan untuk tetap bisa bertahan jika tidak ingin tutup sepenuhnya.
Makin meningkatnya jumlah PHK akan membuat ekonomi keluarga terganggu. Bagi mereka yang masih punya tabungan, akan segera digunakan untuk terus menyambung hidup. Namun terus menerus menguras tabungan tanpa penambahan pemasukan, lambat laun akan membuat kolabs.
Terganggunya ekonomi keluarga akan berdampaknya menurunnya tingkat daya beli masyarkat. Bisa saja sektor usaha akan memilih tutup sementara karena cash flow yang tidak stabil.
Karena itu, kondisi-kondisi yang tak pasti yang mungkin akan terjadi pasca kembali PSBB harus disikapi dengan bijak oleh seluruh elemen, utamanya masyarakat luas. Adalah penting untuk mengelola keuangan dengan sebaik-baiknya agar tetap bertahan di tengah ketidakpastian.
Dan yang paling utama harus dilakukan adalah mematuhi semua aturan terkait pemberlakuan PSBB terutama kedisiplinan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Tujuan utama PSBB tentu saja adalah menekan penularan masyarakat yang akhir-akhir ini sedemikian mengkuatirkan. Jika PSBB akan segera berdampak menurunnya laju peningkatan kasus baru terkonfirmasi positif Covid-19, maka tentu tidak akan butuh waktu lama untuk pemberlakuan PSBB ini.
Jika pandemi Covid-19 menunjukkan tanda-tanda terkendali, harapan untuk benar-benar merdeka dari virus corona tidak akan sekedar menjadi isapan jempol belaka.
Ingat, jika masyarakat sehat, maka ekonomi juga akan sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H