Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kemdikbud Lakukan Japat, Bagaimana Kesiapan Sekolah Menuju New Normal?

8 Juni 2020   11:51 Diperbarui: 8 Juni 2020   13:14 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rangka melakukan pencegahan penyebaran virus corona (covid-19), Kemdikbud saat ini telah menginstruksikan agar sekolah melaksanakan pembelajaran dengan moda daring. Seluruh aktivitas guru dan siswa selama ini telah dilaksanakan dari rumah.

Kini, setelah pemerintah mengeluarkan wacana New Normal dan Protokol New Normal, Kemdikbud melakukan jajak pendapat (Japat) untuk mengetahui pandangan orang tua, guru dan siswa SMK secara Nasional mengenai rencana pelaksanaan "Menuju New Normal Pendidikan SMK". Proses pengumpulan data dilakukan secara online melalui Website dan Group WahatsApp yang dilaksanakan tanggal 1-4 Juni 2020, dengan responden guru, siswa dan orang tua.

Bagaimana hasil jajak pendapat tersebut?

Hingga berakhirnya waktu pengumpulan data, ada 208.863 responden yang terdiri dari 70% siswa, 15% guru dan 15% orang tua. Jika diperhatikan dari jenis kelamin, ada 84.007 responden laki-laki dan 124.856 responden perempuan.

Kemdikbud
Kemdikbud

Dari hasil jajak pendapat, sebanyak 69,21% siswa menyatakan setuju terhadap pelaksanaan New Normal di Pedidikan SMK. Hasil ini lebih tinggi dari persentase guru dan orang tua yang setuju yaitu dengan persentase masing-masingnya 47,52% dan 48,46%.

Beberapa alasan utama siswa setuju dengan pelaksanaan New Normal adalah belajar dari rumah tidak efektif, merasa bosan belajar di rumah, dan terlalu banyak kuota internet yang dihabiskan untuk pembelajaran moda daring. Sementara alasan utama guru dan siswa setuju dengan pelaksanaan New Normal adalah terkait sekolah dijamin dapat menerapkan protokoler kesehatan yang ketat.

Para responden siswa dan orang tua yang tidak setuju terhadap pelaksanaan New Normal mengungkapkan alasan terkait kekhawatiran terhadap resiko saat perjalanan pulang-pergi ke sekolah. Sementara, para guru yang tidak setuju, mengungkapkan alasan ragu dengan penerapan protokol kesehatan ketat di sekolah.

Menarik untuk melihat bagaimana kesiapan sekolah menuju New Normal pendidikan SMK?

Kemdikbud
Kemdikbud

Dari hasil jajak pendapat tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa 72,01% siswa menilai bahwa sekolah telah siap kembali melaksanakam KBM di sekolah dalam menuju New Normal. Sementara, persentase guru dan orang tua yang menilai kesiapan sekolah tidak mencapai angka 60%. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa siswa menunjukkan keyakinan lebih tinggi dari guru dan orang tua terkait kesiapan sekolah menuju New Normal.

Jika diperhatikan dari segi pelaksanaan sosialisasi protokoler kesehatan oleh sekolah, 81,44% guru menyatakan bahwa sekolah telah melakukan sosialisasi protokoler kesehatan covid-19. Sementara 36,33% orang tua dan 25,83% siswa menilai sekolah belum melakukan sosialisasi dengan optimal.

Mayoritas responden, baik dari kalangan siswa, guru maupun orang tua, menyatakan media sosialisasi protokoler kesehatan yang dilakukan sekolah adalah melalui jejaring media sosial dan melalui spanduk yang dipasang di depan sekolah. Hanya sedikit yang mendapatkan sosialisasi melalui video conference dan melalui pendekatan personal.

Bagaimana terkait keinginan kembali masuk sekolah?

Mayoritas guru, orang tua dan siswa berkeinginan kuat agar kegiatan belajar mengajar kembali dilaksanakan di sekolah. Hanya 10% siswa, 17,38% guru dan 20,10% orang tua yang tidak setuju Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) kembali dilaksanakan di sekolah.

Kemdikbud
Kemdikbud

Terkait kapan waktu yang paling tepat melaksanakan kembali KBM di sekolah, terdapat perbedaan pendapat antara guru, siswa dan orang tua. Guru menilai semester depan adalah waktu yang tepat untuk memulai KBM. Sementara, siswa dan orang tua menilai KBM di sekolah sebaiknya dilaksanakan setelah covid-19 berakhir.

Selama pandemi covid-19 ini, hampir 95% guru telah melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui daring. Namun diakui, bahwa belum semua guru belum memanfaatkan Learning Management System (LMS) secara maksimal. Hasil ini dikarenakan tidak sampai 40% guru yang mengikuti pelatihan daring terkait pelaksanaan PJJ.

Dari hasil jajak pendapat tersebut, diketahui terkait kendala utama yang dirasakan dalam pelaksanaan PJJ adalah tidak semua siswa memiliki perangkat pendukung yang memadai. Signal internet yang tidak mendukung juga menjadi kendala, selain suasana di rumah yang tidak kondusif untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Untuk ke depannya, apabila New Normal Pendidikan dilaksanakan, orang tua dan siswa sangat berharap jika sekolah memberikan jaminan terkait penerapan protokoler yang ketat agar penularan virus corona dapat diminimalisir.

Terkait dengan hasil jajak pendapat ini, keputusan terkait penerapan pelaksanaan New Normal Pendidikan SMK harus tetap berdasarkan hasil pembahasan dan pertimbangan Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Bagaimanapun juga, alasan keselamatan dan kesehatan siswa harus tetap menjadi prioritas utama.

Secara pribadi, sebagai penulis saya menilai bahwa proses pembelajaran moda daring yang selama ini dilakukan masih jauh dari kata optimal. Saya menilai, guru sebenarnya tidak terlalu siap dengan PJJ, dikarenakan sebagian besar guru masih belum terbiasa memanfaatkan LMS termasuk dalam menyiapkan video pembelajaran agar proses belajar di rumah yang dilakukan siswa tidak terasa monoton dan membosankan.

Sekolah perlu membekali guru untuk memberikan pemahaman tentang penerapan model Blended Learning, apalagi jika KBM nantinya akan menerapkan masuk sekolah secara bergantian bagi siswa. Blended Learning adalah model pembelajaran yang memadukan pembelajaran daring, luring dan tatap muka. Bagaimanapun juga, perlu pemahaman yang sama untuk semua guru terkait pelaksanaan dan proporsi masing-masing pembelajaran daring, luring maupun tatap muka.

Semua stakeholder terkait juga diharapkan perannya dalam memberikan jaminan penerapan protokoler kesehatan pencegahan covid-19 di sekolah. Pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan setempat perlu melaksanakan peran sebagai verifikator dan melaksanakan monitoring agar protokol kesehatan benar-benar dipatuhi di sekolah dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga sekolah baik siswa dan guru, termasuk orang tua.

Selain itu, orang tua juga bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan preventif di rumah, agar anak tetap sehat dan tetap aman beraktivitas di luar rumah. Jika semua stakeholder telah menjalankan perannya sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku, maka penerapan New Normal Pendidikan di sekolah akan dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional.

Sumber : Infografis Hasil Jajak Pendapat Menuju New Normal Pendidikan SMK (Analisis Tingkat Nasional) oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun