Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Tagar "Indonesia Terserah" dan The Overload Syndrome

20 Mei 2020   07:45 Diperbarui: 15 November 2020   11:39 2960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas medis bersiap di ruang perawatan Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). (Foto: KOMPAS.com/HERU SRI KUMORO)

Namun, saya mencoba merenungkan makna tersembunyi di balik tagar itu. Mungkinkah teman-teman medis kita mengalami "The Overload Syndrome"?

Apa itu "The Overload Syndrome"? Secara sederhana, The Overload Syndrome berarti sindrom kelebihan beban. Sindrom ini terjadi ketika seseorang melewati batas-batas yang mampu ditanggungnya.

The Overload Syndrome bukanlah hal yang menyehatkan. Ini sama sekali bukan karena seseorang tidak mau bekerja lebih keras lagi, tetapi segala sesuatu yang terlalu banyak dan berlebih, memang tidak baik dan tidak sehat.

Masalahnya bukan pada bebannya. Beban adalah sesuatu yang baik. Justru kita akan merasa bosan dan merasa tidak berguna jika tanpa beban. Masalahnya adalah pada kelebihan.

Lalu kelebihan beban apakah yang mungkin dialami oleh teman-teman medis kita? Menurut saya ada dua hal yang mungkin saja membuat teman-teman medis mengalami The Overload Syndrome.

Pertama, jumlah orang yang terkena corona terus meningkat, sementara jumlah petugas medis tidak bertambah, bahkan bisa dibilang malahan berkurang. Ini terkait dengan beberapa dokter dan perawat yang meninggal dunia karena terkena virus corona.

Kondisi ini memaksa sejumlah tenaga medis untuk lembur kerja. Bisa dibilang, tak ada lagi day off bagi dokter dan perawat yang bertugas di Rumah Sakit khusus Covid.

Tak dapat dipungkiri, semua orang di muka bumi ini sama, kita semua butuh tidur dan beristirahat. Waktu kerja yang berlebih, akan merampas hak untuk tidur dan beristirahat. Saya banyak mendengar, selama pandemi ini terjadi, banyak petugas medis yang sangat kekurangan waktu tidur dan beristirahat. Bisa tidur 2-3 jam saja setiap malam adalah suatu anugerah besar.

Selama bekerja, teman-teman medis ini harus mengenakan APD lengkap dan menahan diri untuk tidak makan. Memasukkan makanan di ruang yang sudah terpapar virus tentu harus dihindari, itu sama saja membuat virus dengan mudah masuk ke dalam tubuh.

Mereka juga harus menggunakan popok, agar tak bolak balik ke toilet dan membuka APD-nya hanya sekadar untuk buang air kecil. Bisa dibayangkan, bagaimana perasaan mereka mengenakan APD yang gerah dan tidak nyaman itu selama jam kerja.

Mungkin memang ada beberapa orang yang luar biasa. Orang-orang yang kelihatannya tak pernah merasa letih. Mereka bisa saja kuat hanya dengan tidur dua jam saja selama bekerja 24 jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun