Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sampahmu Bukan untukku!

13 Mei 2011   06:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:46 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman yang adalah seorang ibu rumah tangga mengungkapkan kegeramannya tentang onggokan sampah di sekitar pasar tidak jauh dari tempat tinggalnya yang membuat lingkungan menjadi kotor dan menimbulkan bau tak sedap secara terus menerus. Namun yang menarik hati saya, keluhan dari teman tadi ditutup dengan satu sikap positif sederhana demikian, “setiap belanja ke pasar, saya akan membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi pemakaian plastik”. Jika semua masyarakat Indonesia punya komitmen yang demikian, mungkin saja persoalan sampah di Indonesia bahkan dunia bukan lagi menjadi persoalan yang pelik untuk dipecahkan.

Sampahmerupakanmaterialsisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatuproses. Di dalam tanah, sampah diuraikan oleh organisme kecil yang disebut bakteri pengurai (Nitrobacter Sp, Pseudomonas Sp, dsb). Namun pernahkah kita berfikir bahwa ternyata bakteri-bakteri pengurai membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menguraikan sampah hancur tanpa bekas?

Menurut beberapa sumber bacaan yang saya peroleh, lama waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan beberapa jenis sampah adalah sebagai berikut :

1.Kertas (1-3 tahun)

2.Filter rokok (10-12 tahun)

3.Kaleng besi/alumunium (10-30 tahun)

4.Baterai bekas (100 tahun)

5.Popok sekali pakai (lebih dari 100 tahun)

6.Kantong plastik (500-1000 tahun)

7.Botol kaca (1000 tahun atau 1 juta tahun untuk hancur tanpa bekas)

8.Styrofoam (10.000 tahun atau bahkan tidak dapat hancur)

Saya tidak anti dengan teman-teman perokok, meskipun beberapa kali merasa terganggu ketika bersebelahan dengan seorang yang sedang merokok. Namun berdasarkan pengamatan saya yang terbatas, sebagian besar perokok membuang sampah puntung rokoknya sembarangan. Diperkirakan produksi total rokok dunia pada tahun 2004 saja sudah mencapai 5.5 triliun rokok atau kira-kira 10.5 juta rokok per menit. Bila volume setiap 20 buah puntung rokok adalah 10 ml maka volume total untuk 5.5 triliun puntung rokok adalah 2,750,000,000 liter. Volume sebanyak ini akan mengisi penuh sekitar 1,100 kolam renang ukuran olimpiade. Bila puntung rokok tersebut terdaur di dalam tanah maka bahan kimia yang terkandung dalam rokok dapat mencemari tanah dan air tanah lingkungan kita.

Kampanye pengurangan penggunaan kantong plastik bukan hal baru lagi bagi kita, namun faktanya penggunaan kontong plastik tetap saja tinggi. Setiap orang rata-rata menggunakan sekitar 170 kantong plastik tiap tahun. Dalam satu tahun, 1 triliun kantong plastik digunakan oleh dunia. Ini berarti setiap satu menitnya ada 2 juta kantong plastik yang dibuang. Di Indonesia belum ada larangan tegas dari pemerintah terhadap penggunaan kantong plastik. Di negara-negara maju, penggunaan kantong plastik belanja di toko dan supermarket mulai dibatasi dan digantikan dengan kantong kain. Di San Francisco (AS) misalnya, toko dan supermarket yang masih menyediakan kantong plastik dikenakan denda $100 (hampir Rp 1 juta) untuk pelanggaran pertama kali, dan meningkat denda $200 untuk pelanggaran berikutnya dan jika masih melanggar dikenanakan denda $500. Di Italia, larangan penggunaan kantong plastik belanja di seluruh negara itu sudah dimulai tanggal 1 Januari 2011 dan mengharuskan toko-toko dan pasar beralih ke kantong yang terbuat dari bahan yang dapat membusuk atau biodegradable.

Lembaga Kajian Ekologi dan konservasi lahan basah Ecoton menemukan popok bayi sekali pakai menyumbang  15 persen sampah di kali Surabaya. Seorang anak dapat menggunakan 6000 hingga bahkan 8000 popok sekali pakai. Bayangkan popok sebanyak ini yang akhirnya juga dibuang, dan menimbulkan masalah. Sampah popok yang tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir bisa mencemarkan lingkungan karena bila terkena hujan, isi dari popok tersebut dapat masuk ke dalam tanah (bersama dengan sampah lainnya) dan mencemari air tanah.

Styrofoam menyumbang sampahdengan rata-rata 1.080 per keluarga tiap tahun. Styrofoam kini banyak digunakan untuk wadah pengemas makanan seperti mi instan, burger, ayam goreng dan bakso. Namun tahukah Anda, bahwa styrofoam dapat memicu sel tumor dan kanker. Menurut penelitian para ahli, bahan pembentuk styrofoam yang disebut juga gabus, bersifat racun dan bisa mencemari makanan serta minuman. Terutama makanan yang masih panas dan berlemak ketika dimasukkan ke dalam wadah putih ini tak lama kemudian akan meleleh.

Sampah bukan saja tidak indah dipandang mata dan menimbulkan bau tak sedap, tetapi juga menimbulkan banyak masalah dikemudian hari seperti pencemaran tanah dan air tetapi juga dapat memberikan sumbangan negatiif terhadap kesehatan kita. Memang agak sulit untuk menghentikan penggunaan material yang menghasilkan sampah, tetapi kita bisa mengurangi jumlahnya dengan tindakan sederhana yang bisa kita lakukan seperti yang dilakukan teman saya seperti diceritakan diatas.

Akhirnya, saya hanya bisa mengatakan bahwa “sampah mu bukan untuk ku!”.

Jose Hasibuan

*) dikutip dari beberapa sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun