Mohon tunggu...
Josefa M. Sibuea
Josefa M. Sibuea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Lampung

Seorang mahasiswi Hukum dengan minat dan bakat dibidang kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Gajahlah Kebersihan Bandar Lampung Inisiasi Program Pelatihan Pemuda Berbasis Ekoteologi di Lampung

22 Oktober 2024   17:04 Diperbarui: 22 Oktober 2024   18:43 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta Youth Unity Eco Summit/dokpri

Bandar Lampung-  Komunitas Gajahlah Kebersihan Lampung mengadakan sebuah program pelatihan pemuda untuk menanamkan kesadaran ekoteolog atau iman kepada alam dalam mendorong pelestarian lingkungan melalui pengintegrasian agama.

Launching Program diselenggrakan pada 27 Juli 2024 bernama  Youth Unity Eco Summit (YUES) 2024  mengusung tema "Jaga Lingkungan Lewat Iman", di Nutrihub Lampung. Acara ini menjadi awal perjalanan para peserta mengikuti program pelatihan guna membangun kesadaran bahwa pentingnya kolaborasi lintas agama dalam menjaga lingkungan.  "Kami ingin menciptakan ruang para pemuda dari berbagai agama untuk belajar bersama, berkolaborasi, dan saling menginspirasi dalam menjaga bumi yang kita tinggali bersama," kata Dicky Dwi Alfandy, Sustainability Director Gajahlah Kebersihan, dalam sambutannya.

Dilanjutkan dengan Tahapan Onboarding Peserta dan Kelas Pengenalan Peacebuilding yang diadakan secara online pada Sabtu, 17 Agustus 2024. Dalam sesi ini, pesrta diajak untuk mendalami konsep peacebuilding, mengenali akar konflik dan intoleransi agama, serta mempelajari strategi membangun perdamaian.  Kami ingin membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan untuk berinteraksi secjjjara harmonis dengan sesama peserta dari berbagai agama, sambil menghargai perbedaan sebagai kekuatan dalam menjaga harmoni alam," ujar Devan, salah satu fasilitator program YUES.

Kelas selanjutnya diadakan pada  Sabtu, 24 Agustus 2024 secara online mengangkat topik Isu Lingkungan dan Pentingnya Upaya Kolektif. Sesi ini menyoroti berbagai masalah lingkungan yang mendesak, seperti perubahan iklim, krisis air, deforestasi, dan polusi. Para peserta diajak untuk memahami dampak dari isu-isu ini serta mencari solusi bersama. "Diskusi ini bertujuan agar para peserta menyadari bahwa setiap tindakan, baik secara individu maupun kolektif, dapat membawa perubahan besar bagi lingkungan kita," ujar Faren Audrey, peserta dari agama Kristen.

Di hari yang sama, peserta mendalami Konsep Ekoteologi. Sesi ini membahas hubungan antara manusia dan alam dari sudut pandang spiritual dan agama. Nilai-nilai seperti kasih sayang, kesederhanaan, dan rasa syukur terhadap alam menjadi fokus utama dalam diskusi ini. "Ekoteologi mengajarkan kita untuk melihat alam bukan hanya sebagai sumber daya, tetapi sebagai ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dihargai," ungkap Indah Elisabeth, peserta dari agama Katolik.

Kelas terakhir dar program ini diadakan secara  offline pada Sabtu, 31 Agustus 2024 di Lembah Suhita. Sesi pertama adalah Dialog Alam Lintas Iman, di mana peserta dari berbagai agama berbagi narasi dan praktik keagamaan yang relevan dengan pelestarian lingkungan. Agung, narasumber dari agama Hindu, menyampaikan pentingnya menjaga bumi sebagai bagian dari kewajiban keagamaan. "Dalam ajaran Hindu, bumi adalah ibu kita dan kita adalah anak-anaknya. Sudah sepatutnya kita menjaga bumi dengan penuh kasih sayang," kata Agung.

Setelah sesi dialog, peserta diajak untuk Terhubung Dengan Alam melalui kegiatan outdoor yang menekankan pada koneksi spiritual dengan alam. Devan, fasilitator dari agama Islam, mengajak peserta untuk duduk di tepi sungai, mendengarkan aliran air sambil melakukan zikir sebagai tanda syukur atas keindahan dan nikmat yang diberikan Tuhan. "Kegiatan ini sangat berkesan karena kami benar-benar merasakan keajaiban alam dan bagaimana kita seharusnya menjaganya dengan penuh kesadaran dan rasa syukur," ujar Devan.

Sebagai penutup dari seluruh rangkaian program YUES 2024, para peserta bersama dengan kelompok agama masing-diberikan tugas inisiasi Gerakan Ekoteologi. Para kelompok ditugaskab untuk membuat suatu program bukti nyata pemahaman ekoteologi. Gerakan ini bertujuan untuk menyebarkan pandangan ekoteologi di komunitas agama masing-masing, dengan harapan dapat mendorong lebih banyak umat beragama untuk peduli dan berkontribusi dalam pelestarian lingkungan. "Gerakan ini adalah langkah nyata kami untuk memastikan bahwa pesan-pesan ekoteologi yang kami pelajari tidak hanya berhenti di sini, tetapi terus berkembang dan memberikan dampak positif di tengah masyarakat," jelas Indah Elisabeth.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun