Mohon tunggu...
Joko Santoso
Joko Santoso Mohon Tunggu... -

Setiap hari selalu menunggu datang dengan senyum indah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fakta #EsTebu di Plintir

6 November 2013   16:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:31 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Media memang telah kehilangan nurani. Bukan nurani kemanusianya. Tapi nurani untuk mengikuti aturan main yang sebenarnya merupakan ketetapan dalam logika dasar jurnalistik.

Pemberitaan ARB soal es tebu, kemarin di Jambi. Memang menyita  perhatian publik twitter. Iya soal isu tidak bayar ARB kepada tukang tebu. Isu ini memang memperlihatkan beberapa hal yang perlu dicatat. Catatan untuk tim ARB maupun betapa kejamnya dunia politik kita.

Fakta yang jadi benar bisa jadi salah kaprah. Para spin doctor bekerja sangat rapi. Bermula dari situs  www.sayangi.com dari media ini berita mengenai ARB dimuat. Problemnya, tak ada wartawan www.sayangi.com yang turun dilapangan, mereka hanya copy paste diberita di www.berita3jambi.com tulisan tersebut memang mengenai es tebu yang ditulis wartawanya bernama Muhammad Usman.

@EmhadiUsman sendiri melalui akun twitternya mengatakan keberatan terhadap copas @Sayangi.com. Praktek media onlen yang jauh dari kaidah-kaidah jurnalistik. Jelas ini sudah menggunakan pola menghakimi.

Banyak sekali yang kemudian terkecoh. Salah satunya akun @datuakrajoangek. Entah kenapa dan tumben sang Datuk salah memahami fakta. Meski ia juga memberikan kritik tajam yang sangat menohok bagi tim ARB. Kritik yang bermanfaat menurut hemat saya pribadi.

Kejadian yang terjadi kemarin, memang membuat suasana 1 Muharram riuh rendah dengan kasus ini. Berita-berita di media onlen gencar membicangkan. Media tak begitu urus dengan tidaknya.

Prinsipnya bad news is good news. Hajar saja soal ARB dan tim yang tidak becus kelola acara. Tapi yang patut jadi catatan berharga. Kenapa dan bisa-bisanya aturan main dan kaidah jurnalistik ditanggalkan. Ini telah jelas merampak kehidupan kewartawanan.

Media boleh memiliki setting agenda. Tetapi jangan sampai melanggar etika dan kaidahnya sendiri. belagak bloon jadi media opini. Menggiring masyarakat dengna opini. Ini jelas tidak terhormat.

Apapun yang jelas, harus jgua dievaluasi semua tim yang mengawal ARB. Tak seharusnya kejadian seperti ini terjadi. Namun nasi telah jadi bubur. Keadaan tidak mungkin dibalik. Fakta yang benar telah dipelintir jadi opini. Opini buruk yang menghancurkan seseorang. Sangat berhabaya sekali.

Sebenarnya untuk mengenal dan melihat lebih detail titik perkaranya, saya mau kutip kultuit @IndraJPiliang yang dalam waktu bersamaan berada disana. Berikut kultuitnya :

1. Sjk pagi sbtlnya sdh senyum2 baca soal es tebu. Jadi bhn candaan kader2 Partai Golkar Jambi.

2. Lokasi jualan Es Tebu dan RM Munir tepat di seberang kantor DPD Partai Golkar Jambi. Tiap hari jd langganan kader2 PG.

3. Kmrn, ketika Ketum @AburizalBakrie makan sama tukang2 sapu dan tukang2 ojek, lokasi RM Munir memang ramai. Tp tdk sampai ratusan org.

4. Kapasitas RM Munir itu terbatas. Bukan restoran. Ada fotonya sy share td. Ada rombongan lain jg makan.

5. Biasanya, kalau kader2 makan, yg jualan es tebu lapor ke yg punya warung makan. Lha, pada saling kenal.

6. Mknya penjual es tebu itu kenal nama2 pengurus Partai Golkar di Jambi. Emang tiap hari jualan di dpn ktr DPD PG Jambi.

7. Waktu Pinto bayar Rp. 50.000, dia pikir yg minum ada 25 org. Pinto naik motor, atur2 parkiran. Ditolak yg jualan.

Pandangan lain mengenai perkara juga bisa dilihat dari akun twitter @duniadian dan @rizky_ry yang mengaku sebagai staff @aburizalbakrie. Dengan melihat akun 3 orang ini saja setidaknya kita bisa melihat perkara dari sudut yang lain. Selamat membaca dan mari lebih cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun