Mohon tunggu...
Joromualdes
Joromualdes Mohon Tunggu... Guru - An educator

Johanes Romualdes, B.Sc., S.Pd. Bachelor of Education from the University of Pelita Harapan (UPH). Bachelor of Science from Corban University, USA. Been teaching students for nearly 8 years. A grade-level supervisor for 4 years.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Agile Teaching and Active Learning

26 Juni 2021   22:05 Diperbarui: 26 Juni 2021   22:29 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kualitas pendidikan Indonesia cukup mengkhawatirkan. Asesmen PISA (Program for International Student Assessment) di tahun 2017 menempatkan siswa Indonesia pada peringkat 65 dari 77 negara di kategori membaca, peringkat 66 di kategori Matematika dan peringkat 64 untuk kategori sains. Di tahun 2019, hasil ini makin memburuk. Dari 78 negara, negara kita berada di posisi 72 di kategori membaca, rangking 72 di kategori Matematika dan posisi ke 70 di kategori Sains. Problematika tidak hanya terjadi dari para siswa. 

Uji Kompetensi Guru (UKG) dari tahun 2012 hingga 2015 menyimpulkan bahwa dari 1,6 juta guru yang mengikuti ujian ini, sebanyak 1,3 juta guru tak mampu mencapai skor minimum yang ditentukan. Skor rata-rata mencapai 44,5 dimana batas kelulusan ialah 55. Di tahun 2020, skor rata-rata UKG yang dicapai oleh guru-guru kita meningkat ke angka 53,02 namun masih belum mencapai batas kelulusan. Lebih spesifik, rerata nilai guru-guru Indonesia untuk kategori professional mencapai nilai 54, 77 dan 48,94 untuk nilai kompetensi pedagogik. Dengan beberapa hasil yang dicapai ini, UNDP (United Nations for Development Programme) di tahun 2019 menempatkan Indonesia di posisi 107 dari 188 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Di sisi lain, semakin majunya peradaban membuat pembelajaran pun untuk berinovasi. Tak pelak, ada tantangan untuk mencapai inovasi pembelajaran yang efektif. Di tahun 2025 nanti, diprediksi bahwa 35% dari core skills (komunikasi, numerasi, teknologi informasi komunikasi, pemecahan masalah dan bekerja sama) akan hilang. 

Keterampilan hidup masyarakat Indonesia juga diperkirakan mengalami krisis saat itu. Selain bonus demografi dimana 70 persen penduduk Indonesia berada di usia produktif, di tahun 2025, diprediksi 14,3 juta pekerja terampil akan bermigrasi di kawasan Asia Tenggara. Tahun 2025 juga akan menandakan bersatunya sistem siber dan fisikal. Ketimpangan kualitas pendidikan di Indonesia dengan prediksi dan ekspektasi yang diharapkan membuat para ahli pendidikan bekerja keras memformulakan dan menawarkan berbagai model pembelajaran dan juga pengajaran yang efektif demi terseimbangnya kondisi pendidikan di masa depan. Tulisan kali ini akan membahas perbedaan antara pembelajaran yang aktif dan pengajaran yang tangkas.

 Pembelajaran yang aktif melibatkan interaksi yang intens antara guru dan siswa. Hasil belajar siswa akan bertahan lama dalam jangka waktu lama jika pembelajaran dilakukan melalui kegiatan belajar aktif. Pembelajaran yang aktif mengekspektasikan guru mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, dimana siswa menjadi aktif, bersemangat dan penuh gairah dengan mengelola segala potensi yang mereka miliki. Afektif yang ditunjukkan oleh siswa ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berpikir inovatif dan kreatif. Ide munculnya pembelajaran aktif berawal di masa Socrates. Model pembelajaran ini ialah salah satu penekanan utama di antara para pendidik progresif yang memberikan kebebasan pada peserta didik dalam belajar.  Salah satu yang menginspirasi pentingnya pengembangan model pembelajaran Active Learning adalah ajaran Konfusius di China lebih dari 2400 tahun yang silam. Salah satu pengajaran Konfusius menyatakan bahwa: yang saya dengar, saya lupa; yang saya lihat, saya ingat; dan yang saya lakukan, saya paham. Inilah yang mendasari prinsip utama dari pembelajaran aktif.  Ciri-ciri dari pembelajaran aktif antara lain:

  • Pembelajaran lebih memfokuskan pada proses penemuan informasi. Siswa perlu untuk mengembangkan keterampilan, pemikiran dan daya analisisnya
  • Adanya kebebasan kepada peserta didik untuk lebih aktif selama pembelajaran
  • Peserta didik melakukan kegiatan secara dominan seperti membaca, melihat, mendengar, melakukan eksperimen, dan berdiskusi tentang materi pelajaran
  • Penugasan ditujukan untuk mendorong siswa lebih aktif sehingga melahirkan situasi yang tidak kaku. Terjadi umpan balik yang bermakna antara siswa dan siswa maupun dengan guru.
  • Guru bertindak sebagai salah satu sumber belajar, bukan satu-satunya sumber belajar.
  • Kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa secara utuh dan seimbang.
  • Proses pembelajaran mengarah pada peningkatkan kreatifitas siswa dan kemajuan belajar siswa dalam menguasai konsep suatu materi.
  • Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kemajuan siswa dalam hal afektif, kognitif dan psikomotor.

Untuk mencapai efektivitas dalam pembelajaran aktif, guru harus memahami dan mengaplikasikan prinsip ini, yaitu:

  • Siswa memahami tujuan pembelajaran harus disampaikan dengan jelas.
  • Siswa memahami berbagai kegiatan yang akan dilakukan
  • Guru sudah menentukan materi mana saja yang menggunakan model pembelajaran aktif
  • Guru mampu untuk merangsang siswa agar lebih aktif selama KBM berlangsung.

Dengan berfokuskan pada diri pendidik, pengajaran yang tangkas ditempuh dalam tiga tahap berurutan yaitu:

  • Acquiring knowledge (menguasai pengetahuan)
  • Extending and refining knowledge (memperluas dan menyempurnakan pengetahuan)
  • Using knowledge (menggunakan pengetahuan)

Dalam pengajaran ini, tindakan reflektif sangatlah diutamakan untuk dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan hasil belajar yang terbaik. Adapun ciri-ciri dari pendidik yang mengaplikasikan pengajaran yang tangkas adalah:

  • Peka dan tanggap terhadap lingkungan sekitar
  • Memiliki pola pikir yang kreatif dalam memfasilitasi siswa untuk mencapai kapabilitas mereka
  • Memiliki pola pikir inovatif untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk sekitar
  • Terbuka akan dinamika kehidupan global
  • Bersikap reflektif dan berkelanjutan untuk mendapatkan hasil terbaik
  • Mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan
  • Berpikir kritis untuk menyelesaikan persoalan.

Secara umum, model pengajaran ini berfokus pada penggunaan segala pengalaman hidup dan pembelajaran untuk menghadapi tantangan yang baru. Pengaplikasian model ini akan lebih powerful jika dibarengi dengan pertumbuhan karakter dari guru dan peserta didik, terlebih lagi dalam menyambut era 4.0. Selain itu, pengajaran yang tangkas menghidupi 5 prinsip berikut ini:

  • Ketangkasan dalam menghadapi perubahan dengan didasari oleh rasa ingin tahu, melakukan eksperimen dan keinginan mencoba hal-hal yang baru
  • Memiliki mental diri yang kuat, termasuk di dalamnya ialah memiliki pola pikir yang analitikal, mampu menghadapi kompleksitas dan memiliki ide-ide yang baru
  • Memiliki keinginan yang besar untuk memahami sesuatu, konstruktif terhadap orang lain dan terbuka akan segala kebudayaan
  • Memiliki sikap yang ambisius, percaya diri dan berfokus pada tujuan, serta
  • Memiliki pemahaman diri yang baik, kritis terhadap diri sendiri dan berfokus pada pengembangan diri.

Dapat disimpulkan, pembelajaran yang aktif menitikberatkan pada kegiatan pembelajaran siswa yang aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran di kelas. Di sisi yang lain, pengajaran yang tangkas memfokuskan pada kapabilitas dan karakteristik guru yang berkembang dan terbuka dalam mengaplikasikan kegiatan pembelajaran di kelas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun