Beberapa hari yang lalu, sekitar pukul 20.00an, saya dihubungi seorang guru IPA dari sebuah SMP Negeri di Gunungkidul. Kebetulan kami berteman baik sejak tahun 2006, waktu saya mulai mengajar IPS sebagai GTT atau Guru Tidak Tetap. Persahabatan kami tetap terjaga sampai saat ini, meski kami sudah tidak lagi mengajar di SMP yang sama, seperti dulu. Mulai 2011, saya fokus mengajar di SD. Nah, saat saya kesulitan materi pelajaran IPA, saya tanya ke beliau. Begitu juga sebaliknya.
Nah yang terakhir, saya ditanyai tentang penghitungan selisih 2 bilangan dari bilangan tertentu. Misalnya, berapa selisih dari angka 4 dan 2 dari bilangan 4.325. Atau bilangan lain yang masih serupa pertanyaannya.
Di akhir pertanyaan, beliau mengatakan kalau ada perbedaan persepsi dalam penyelesaian Matematika antara SD dan SMP. Itu sesuai pengalaman saat anak beliau duduk di SD. Antara persepsi yang diajarkan gurunya dengan persepsi guru SMP (kebetulan istri teman saya adalah guru Matematika) terdapat perbedaan.
Saya langsung mengomentari kalau pengerjaan Matematika seharusnya sama konsepnya karena termasuk ilmu pasti. Bukan seperti pelajaran IPS, dan Bahasa Indonesia yang biasa muncul perbedaan persepsi dari sebuah pernyataan dan pertanyaan.
Barulah saya memberikan jawaban sesuai konsep yang ada, bahwa selisih angka 4 dan 2 dari bilangan 4.325 adalah menghitung selisih dari nilai tempat 4 (artinya 4.000) dan nilai tempat 2 (bernilai 20), sehingga selisih angka 4 dan 2 dari bilangan 4.325 adalah 4000-20, hasilnya 3.980. Untuk memastikan hasil yang saya hitung, saya cocokkan dengan konsep dari sebuah akun di YouTube (YT) dan ulasan dari beberapa web atau blog.
Kasus seperti ini juga pernah saya temukan, saat orang tua dari seorang anak yang kesal karena konsep pengerjaan Matematika yang diberikan sang guru salah. Padahal orang tua siswa itu juga guru, sudah pasti tahu kesalahan yang diberikan oleh guru anaknya.
Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan bagi dunia pendidikan. Ada banyak PR yang harus dikerjakan oleh guru, di berbagai tingkat, untuk meningkatkan kemampuan numerasi agar tidak terjadi mis persepsi terus antara guru SD dan SMP.
Akan sangat merugikan siswa, jika konsep yang diberikan guru salah, karena di tingkat berikutnya, mereka akan sedikit ngeyel atau protes kalau diajari dengan konsep yang benar, dari guru lain.
Sebagai guru, tentu harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Jika tak memahami salah satu materi maka bisa berdiskusi atau bertanya kepada rekan kerja. Atau bisa belajar secara online seperti YT atau akun sosial media lain. Di sana sudah banyak unggahan yang berkaitan dengan numerasi, dari konsep dasar sampai yang kompleks.
Tidak ada salahnya terus meningkatkan kemampuan diri dalam hal materi pelajaran. Hal ini karena konsep itu akan terus berguna bagi pendidikan secara umum dan bermanfaat untuk mengajari anak-anak mereka, kelak, karena mereka nantinya akan berperan sebagai salah satu pusat pendidikan utama bagi anak saat berada di rumah.