Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Alternatif Membuat Kalimat Pembuka Cerita Anak yang Menarik

9 November 2024   18:57 Diperbarui: 12 November 2024   14:01 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita anak, baik dongeng, cerita rakyat dan sebagainya tidak asing bagi anak-anak. Apalagi anak-anak di masa tiga puluh atau empat puluhan tahun lalu yang belum banyak mengenal kemajuan teknologi. Ada keseruan tersendiri ketika membaca atau mendengar aneka cerita anak.

Kalau kita perhatikan, para penulis dongeng dan sejenis, sering memulai cerita dengan kalimat pembuka yang hampir sama. Apa itu? Apalagi kalau bukan "pada suatu hari," "di sebuah desa atau hutan terdapatlah..." atau kalimat serupa lainnya.

Teknik penulisan atau menceritakan dongeng tersebut masih monoton tetapi kekuatannya masih dipercaya akan membuat anak-anak menyenangi sebuah cerita. Lalu, apakah bisa menggunakan kalimat lain ketika membuka sebuah cerita anak?

Terus terang, saya pernah mempraktikkan penulisan cerita anak dengan kata-kata tadi, atau kalimat yang serupa seperti "di sebuah hutan hiduplah seorang anak..." dan seterusnya. 

Memang kalimat-kalimat tadi identik dalam menulis sebuah cerita anak. Itu memudahkan anak mengenal tempat terlebih dahulu. Dari hal tersebut maka anak sudah memiliki gambaran bahwa akan mendapatkan cerita tentang tokoh di suatu tempat. Entah lanjutan ceritanya bagaimana. 

Model menulis cerita seperti ini memang memudahkan anak dalam menjawab pertanyaan setting cerita. Ketika belajar tentang cerita dalam pelajaran Bahasa Indonesia, kalimat awal seperti tadi akan memudahkan anak dalam menjawab pertanyaan seperti "siapakah tokoh dalam cerita itu, di manakah kejadian yang ada dalam cerita dan kapan kejadian itu berlangsung. Ketiga pertanyaan itu merupakan pertanyaan tahap awal untuk memahami isi cerita anak.

Ilustrasi: tribunnews.com
Ilustrasi: tribunnews.com

Dalam perkembangannya, model bercerita seperti itu mulai bervariasi. Bukan berarti kalimat "pada suatu hari," dan yang sejenis tidak baik. Namun kalimat pembuka seperti itu bisa membuat anak-anak jenuh karena kurang menarik bagi mereka.

Jika kita menyimak cerpen-cerpen secara umum, maka banyak yang menekankan agar menuliskan kalimat pembuka yang lebih menarik. Contohnya, menggunakan konflik cerita sebagai awal cerita. Apakah itu pantas dipergunakan untuk menulis cerita anak?

Saya sendiri, akhir-akhir ini, dalam menulis cerita anak juga diawali dengan konflik dulu. Baru dijabarkan hal yang melingkupi dan cerita yang akan disampaikan. Tentu saja konflik dalam cerita anak tetap menggunakan kalimat ramah anak. Itu penekanan yang harus diperhatikan oleh penulis. Ya, meski dalam keseharian, terkadang kita terhenyak karena anak-anak mengeluarkan kata-kata kasar yang mengejutkan dan membuat prihatin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun