Istilah Anak, Cerita tentang Anak dan Cerita AnakÂ
Apa yang terbayang di pikiran kita ketika mendengar kata "anak"? Apa pula yang tergambar di pikiran kita ketika mendengar kata "anak" yang digabung dengan kata "cerita"?
Pertama, istilah "anak" itu memiliki arti yang sangat luas. Semua anak dari bayi hingga duduk di bangku SMA/SMK atau sederajat termasuk anak karena masih ditanggung oleh orang tua dalam kesehariannya. Bahkan ada juga yang berseloroh bahwa seorang ibu pun pada dasarnya juga anak. Salahkah itu?Â
Tentu saja kalau dilihat dari ilmu sosial tidak ada salahnya. Makanya ketika kata "anak" disatukan dengan kata "cerita" dan menjadi istilah "cerita anak" terkadang membuat para pembaca atau penulis juga bingung.
Namun yang berkembang di dunia sastra anak, cerita anak merupakan karya sastra yang diperuntukkan bagi anak-anak, mulai dari bayi hingga akhir usia SD.Â
Lalu bagaimana dengan anak SMP atau SMA dan kuliahan? Cerita untuk anak usia SMP biasa disebut dengan istilah teenlit atau cerita remaja yang berisi persahabatan, keluarga, dan sebagainya, di masa-masa puber mereka. Tentu isinya sesuai dengan perkembangan usia mereka yang mulai kritis terhadap lingkungan dan mengenal rasa suka terhadap lawan jenis.
Sedangkan cerita anak kuliahan tentu sudah lebih dalam isi ceritanya. Layaknya cerpen-cerpen yang kebanyakan orang baca.
Jadi, cerita anak bukanlah teenlit atau cerpen-cerpen pada umumnya. Bukan menceritakan tentang anak dengan segala aktivitasnya. Jika hanya menceritakan anak, maka nanti akan muncul alur yang kurang pantas jika ditampilkan dalam cerita anak.
Segmen pembaca cerita anak adalah anak-anak. Kita harus sepakat tentang hal ini, setelah tahu kalau ada cerita khusus yang peruntukannya bagi remaja maupun dewasa.
Pentingnya Cerita Anak