Dalam dunia pendidikan, dari dulu mengenal tiga pusat pendidikan, yaitu pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Masing-masing memiliki peran yang saling berkaitan satu sama lain. Keberhasilan seorang peserta didik tidak hanya dibebankan kepada sekolah atau pendidik. Namun juga dibebankan kepada keluarga, utamanya orang tua peserta didik dan lingkungan masyarakat tempat peserta didik tinggal.
Karakter peserta didik terbentuk sejak dia belajar di rumah. Ketika di sekolah ditemukan peserta didik yang tertib, maka ketika di rumah, pasti orang tuanya mendidik anaknya dengan baik. Begitu sebaliknya.
Berkaitan dengan karakter peserta yang berbeda ini maka akan mempengaruhi pembelajaran di kelas. Oleh karenanya, pendidik atau sekolah harus mengkomunikasikan segala hal dengan orang tua. Hal ini karena peserta didik memang "dititipkan" untuk belajar bersama di sekolah.
Dalam mengkomunikasikan tersebut maka tidak jarang akan menemukan tantangan-tantangan. Padahal peserta didik harus benar-benar dilayani sesuai dengan kemampuan masingmasing. Peserta didik menjadi tujuan dan fokus utama dalam hal ini. Agar mudah tercapai, berikut yang bisa dilakukan pihak sekolah yang berkolaborasi dengan orang tua peserta didik.
Pertama, semangat yang perlu ditumbuhkan. Dalam hal ini, baik pendidik maupun orang tua peserta didik harus memiliki semangat demi kemajuan peserta didik.Â
Dalam komunikasi dua arah, bisa berlangsung fleksibel. Tidak harus dengan kegiatan yang terlalu formal. Hal terpenting adalah kedua pihak sama-sama memiliki arah dan tujuan untuk peserta didik.
Akan lebih baik jika kolaborasi dilaksanakan secara rutin. Namun jika tidak bisa dilaksanakan secara langsung dan tatap muka, maka kolaborasi bisa dilaksanakan dengan media sosial, memberikan angket dan sebagainya. Tujuannya agar kolaborasi tetap terjalin baik. Hal ini karena tidak semua orang tua memiliki waktu untuk melaksanakan kolaborasi secara tatap muka.
Kedua, tujuan dari kolaborasi. Tujuan ini tentunya mengarah pada kebutuhan peserta didik. Keberhasilan peserta didik menjadi tanggung jawab semua pihak, bukan hanya dari pihak sekolah atau pendidik. Bagaimanapun peserta didik lebih banyak berada di rumah, maka orang tua harus benar-benar memantau belajar anaknya ketika di rumah.Â
Hal positif yang dilaksanakan di sekolah harus terus dilaksanakan di rumah agar menjadi kebiasaan. Orang tua bisa memantau belajar setiap harinya agar ketika akan sumatif tengah semester atau sumatif akhir semester, si anak tidak "wayangan" untuk belajar.Â
Jika orang tua mendampingi anak dalam belajar setiap hari, sudah pasti akan membentuk karakter anak yang mencintai literasi, baik di rumah maupun sekolah.