Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembelajaran Matematika bagi Peserta Didik yang Memiliki Hambatan Intelektual pada Kelas III Fase B

28 Agustus 2024   03:49 Diperbarui: 28 Agustus 2024   08:04 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengajar di kelas III sudah memasuki tahun kedua. Sebagai guru, pasti banyak hambatan yang ditemukan. Ini tak hanya bagi guru SD seperti saya, bahkan guru SMP dan SMA atau sederajat pasti juga banyak menemukan hambatan dalam proses pembelajaran.

Kemampuan membaca dan berhitung sebagai hal dasar bagi peserta didik, memang menjadi PR besar bagi siapapun yang berkecimpung di dunia pendidikan. Di tingkatan Sekolah Dasar, ada peserta didik kelas VI yang belum lancar membaca dan sulit mempelajari operasi hitung yang paling sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan.

Pada Fase B (kelas III dan IV), terutama di kelas III ini pun saya mendapati beberapa siswa yang keliru dalam menghitung operasi penjumlahan bilangan cacah. Tak jarang siswa masih menggunakan jari-jari tangan untuk menghitung penjumlahan dan pengurangan. 

Penggunaan jari-jari itu masih wajar diterapkan oleh peserta didik kelas bawah atau sekarang peserta didik pada fase A (kelas I dan II) dan fase B. Tetapi yang saya temui, ada seorang peserta didik yang saya tuntun untuk menghitung dengan jari-jari tangan, ternyata tidak bisa.

Akhirnya saya berinisiatif untuk mengajak peserta didik itu untuk menghitung dengan benda konkret seperti pulpen, pensil maupun spidol yang saya simpan pada tempat pensil saya.

Ilustrasi ketika saya memberikan pembelajaran secara individual kepada peserta didik yang memiliki hambatan intelektual. (Dokumentasi Pribadi)
Ilustrasi ketika saya memberikan pembelajaran secara individual kepada peserta didik yang memiliki hambatan intelektual. (Dokumentasi Pribadi)

Dalam proses pembelajaran pun tak selancar peserta didik lainnya. Ketika melakukan penghitungan seperti itu, peserta didik tadi saya minta untuk duduk di meja guru, didekat kursi saya.

Peserta didik lainnya yang sudah tahu konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah, ada yang ikut berdiri atau mengelilingi pembelajaran untuk peserta didik dengan hambatan intelektual itu.

Ada siswa yang mengeluarkan celetukan, "mosok kaya ngono kok ora isa" artinya "masa menghitung seperti itu (penjumlahan dan pengurangan) kok nggak bisa."

Peserta didik yang menjadi bahan celetukan menengok ke arah temannya tadi. Saya pun langsung menegur peserta didik yang mengeluarkan celetukan tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun