Pertama kali aku melihat Eliz, kadang merasa kasihan. Dalam satu kelasku ini, hanya dia yang beragama Kristen.Â
Aku tak tega kalau dia sendirian ketika aku dan teman-teman muslim lainnya melakukan shalat Dhuha atau shalat Dhuhur berjamaah di mushala sekolah.
Dia hanya sendirian bersama bu Kepala Sekolah, melakukan ibadahnya. Itu kalau Bu Kepala Sekolah tidak ada acara. Kalau Bu Kepala Sekolah ada rapat, dan tidak ada guru Agama Kristen, dia belajar sendiri. Membaca kitabnya. Kata guru-guruku, guru Agama Kristen mengajar di beberapa sekolah, jadi tidak bisa mengajak Eliz berdoa atau beribadah sesuai agamanya setiap hari.
"Kamu nggak apa-apa sendirian?"Â
Aku bertanya padanya ketika adzan telah berkumandang.Â
"Nggak apa-apa, Qila. Kamu shalat dulu, sana!"
Aku pun berlari menuju mushala, biar tidak ketinggalan shalat berjamaah.Â
***
Saat bulan Ramadan, kami mengikuti Pesantren Ramadan. Eliz tak berangkat sekolah. Aku pikir itu karena dia merasa sendiri saat dia mengikuti kegiatan keagamaan.
"Eliz sakit. Jadi nggak berangkat sekolah," kata Bu Guru.