Pesta demokrasi telah tiba. Pemilu 2024 yang dilaksanakan hari ini, 14 Februari, membuat rakyat Indonesia berdatangan ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) setempat.Â
Saya berangkat ke TPS 015 Padukuhan Branjang bersama saudara sekitar pukul 09.00 WIB. Jarak dari rumah tidak sampai satu kilometer. Semula saya berencana berangkat pukul 07.30an. Rencana ini batal karena masih ada kesibukan lainnya.
Beberapa menit kemudian, sesampai di TPS 015, banyak warga yang sudah mengantri. Padahal perkiraan saya kalau berangkat pada pukul 09.00an, tidak begitu antri. Langsung saja kami menyerahkan undangan dan KTP kepada petugas KPPS. Lalu menunggu dipanggil oleh petugas lainnya.
Sambil menunggu dipanggil petugas untuk menerima surat suara dan melakukan pencoblosan, kami mengecek daftar pemilih dan calon legislatif yang terpasang di sisi belakang tempat antrian.
Menyimak daftar nama calon legislatif dari tingkat kabupaten hingga pusat pada papan pengumuman, ternyata agak bingung juga mau pilih siapa.
Akhirnya saya pribadi memutuskan kalau nanti di bilik suara akan mencoblos partai-partai yang mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pilihan saya saja. Itu niat saya.
Saya yakin, bukan hanya saya yang memutuskan seperti itu. Memang selama kampanye kemarin, bisa diamati bahwa di kalangan masyarakat hanya terfokus pada kampanye capres-cawapresnya. Kurang menyentuh dan mengenal calon legislatif yang akan mewakili suara warga di wilayahnya masing-masing.
Setelah menunggu beberapa puluh menit, akhirnya nama saya disebutkan oleh petugas. Saya segera menuju ke meja untuk tandatangan dan menerima surat suara. Lalu saya menuju ke bilik suara yang letaknya paling timur. Untuk TPS 015 ada empat bilik suara yang disiapkan.
Saya letakkan surat suara di meja bilik suara. Saya bolak-balik untuk memilih surat suara mana yang harus dicoblos. Untuk mudahnya, saya ambil surat suara untuk presiden. Saya buka surat suaranya, berdoa dan mengambil paku di sisi papan coblosan. Dilanjutkan surat suara lainnya.