Rasanya hidupku beberapa bulan aneh. Napasku sering sesak, pikiranku entah ke mana. Ada banyak hal yang kutakutkan. Takut keramaian, takut kabar duka, dan banyak lagi.Â
Bila sebelumnya ada yang mengenalku, pasti akan merasakan keanehan juga. Aku yang begitu ceria, optimis dan bersemangat dalam mengasuh anak-anak dan bekerja sebagai wanita karir, tiba-tiba menjadi sosok yang murung, malas ke mana-mana, takut dan pesimis.
Semakin hari, kondisiku tak semakin membaik. Tentu aku sangat sedih. Apalagi putra bungsuku masih kecil. Usianya tiga tahun.
Di usia emasnya itu ternyata aku, ibunya, menghadapi kondisi kejiwaan yang memprihatinkan. Saking putus asa, aku minta izin kepada suami untuk ke psikolog. Namun setelah konsultasi dengan psikolog, tak ada kemajuan atas masalah kejiwaanku.
"Mas, antar aku ke Dokter Rahma, ya!"Â
Dokter Rahma adalah dokter spesialis kejiwaan terkemuka di wilayahku.
"Lha ngapain kok mau ke Dokter Rahma?"
"Kondisiku seperti ini, Mas. Mas sendiri tahu, aku berbeda dengan yang Mas kenal."
"Coba kamu pikir masak-masak, Dik. Nanti kalau ke Dokter Rahma terus dikasih obat. Obatnya itu golongan narkoba lho."
Aku terdiam. Antara keinginanku dengan pendapat suamiku ternyata berbeda. Namun akhirnya suamiku mengantar aku untuk konsultasi dengan Dokter Rahma.