"Dari mana kalian ini? Kenapa bisa sampai desa Permen, tempat tinggalku?"
Momon menceritakan kepada manusia permen itu dan menanyakan di mana bisa membeli nasi di sekitar tempat mereka berada.
"Kalian di sini tidak bisa mendapatkan makanan seperti yang kalian santap setiap hari. Hanya ada bahan permen. Pasti tidak bisa menghilangkan lapar kalian."
Terpaksa malam itu mereka menahan lapar. Mereka berharap esok pagi tidak hujan dan bisa bermain layang-layang dan memutuskan benang layang-layang agar bisa pulang ke rumah masing-masing. Itu nasehat dari manusia yang berbincang dengan Momon. Nasehat itu diberikan setelah Manusia Permen itu mengamati layang-layang Aya.
"Jika kalian ingin kembali ke desa kalian, mainkan layang-layang itu dan putuskan benangnya," nasehat Manusia Permen.
"Kalau layang-layang tidak putus, kalian akan dibawa berpetualang ke tempat-tempat yang tak pernah kalian temukan di desa kalian," lanjut Manusia Permen.
Keesokan paginya, langit cerah. Aya dan teman-teman gembira karena tak lama lagi akan bermain layang-layang. Gunung yang kemarin membuat mereka takjub, kini terlihat agak basah karena hujan semalam.
"Suatu saat kita akan mengenang tempat ini," ucap Aya.
"Iya. Benar kamu, Ya! Kita cukup mengenang. Kalau saja kita membawa HP, pasti bisa memotret tempat kita berpetualang kita kemarin."
"Hahaha. Kan kita nggak punya rencana seperti ini," sahut Momon.
Mereka berlarian sambil menunggu angin yang akan melambungkan layang-layang mereka. Saat angin berhembus, Momon beraksi.