"Kertasnya diganti dulu, Mon!"
"Ah. Nggak perlu. Kita kan mau coba saja layang-layangnya."
Momon segera membawa layang-layang ke lapangan desa, tempatnya bermain layang-layang. Diikuti Aya yang berjalan di belakangnya.Â
Di sana sudah ada Aqila. Aqila ini jago main layang-layang, meski seorang anak perempuan. Aya ingin sekali seperti Aqila.
Tak lama layang-layang sudah terlihat di awan. Angin sangat bersahabat dengan layang-layang itu. Momon, Aya dan Aqila sangat riang gembira.
Tiba-tiba layang-layang Aya yang dimainkan Momon bergerak cepat. Seakan mau putus benangnya. Dengan sigap Momon mengendalikan layang-layang itu.
"Nah kan, apa kubilang. Layang-layangmu ini bisa buat main," ucap Momon.
"Iya, Mon. Tapi coba kita lihat sekitar kita sekarang," ucap Aya.
Momon, dan Aqila terperanjat. Mereka tak lagi berada di lapangan tadi. Di sekitarnya terlihat gunung berapi. Anehnya gunung itu terbuat dari permen dan terlihat warna-warni.
"Wah...Kita berpetualang sekarang!" teriak Aqila.
Ya, mereka senang sekali. Bisa menikmati keindahan alam yang unik itu.Â