Terus, setelah beberapa minggu mempunyai handphone, apakah Aira menepati janjinya?
Pada awalnya Aira memang tertib. Membantu ibu, belajar, shalat dan mengajinya terjaga. Ternyata, lama kelamaan dia lupa janjinya. Dia sering mengabaikan ucapan ibunya.
Setiap diminta untuk menyapu atau mencuci piring, pasti dia menjawab "Nanti, Bu!"
Karena itu Ibu Aira menjadi kesal.
"Handphone kamu akan Ibu kembalikan kepada Tante Asih, Aira!"
Aira cemberut dan barulah dia membantu ibu atau belajar.Â
Saat Aira membantu ibunya, aku coba mendekatinya. Aku merasa punya kesempatan untuk bermain bersamanya lagi. Aku ingin digendong dan tidur bersama Aira. Namun, Aira sangat marah saat aku mengusapkan kepalaku ke kakinya. Namun, aku malah ditendang Aira.
Tentu aku merasakan sakit sekali. Aku sedih, Aira tak menyayangiku lagi.
**
Aku sekarang tak mau pulang ke rumah Aira. Aku lebih senang bermain dengan teman-teman. Berlarian, hujan-hujanan, tertawa bersama, mencari makan dan tidur di manapun. Yang penting kami bahagia.
"Kamu yakin nggak mau pulang ke rumah tuanmu, Putih?" tanya Cokelat padaku.