Tak Tahu Kegiatan Apa
Saat syawalan satu Gugus SD, Kepala Sekolah dan salah seorang teman guru ---saya biasa menyapa mbak Dina--- tiba-tiba bertanya, "Bisa kan, Bu?"
Saya hanya menjawab saja "iya". Saya kira itu pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan refreshing se-gugus yang akan dilaksanakan bulan Agustus. Ternyata keliru perkiraan saya.
"Acara nulis cerkak, mbak," kata mbak Dina. Cerkak adalah cerita pendek dalam bahasa Jawa.Â
Kepala Sekolah dan teman-teman memang tahu kalau saya senang menulis, jadi mereka mengira kalau saya bisa menulis cerkak. Padahal, sebenarnya saya kesulitan untuk menulis cerkak. Meski saya sering menulis cerpen atau cernak. Makanya saya merasa pesimis juga.Â
Itu juga saya alami saat saudara mengirimkan sebuah link untuk sayembara penulisan cerkak yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.Â
Menulis cerkak itu sulit, meski saya sebagai orang Jawa dan untuk berkomunikasi lebih banyak berbahasa Jawa. Beberapa kali saya menulis cerkak di sebuah media online. Tetap saja kurang pede.Â
"Aku ora isa nulis cerkak ki, mbak". (Aku tidak bisa menulis cerkak, mbak)
"Dicoba, mbak. Ngancani aku (menemani aku)," begitu permintaan mbak Dina.
Okelah. Kalau didhawuhi atau diperintah Kepala Sekolah dan diajak teman, artinya mereka percaya kalau saya bisa menjalani itu.