Agak deg-degan juga ketika mau minta tanda tangan untuk pengesahan skripsi kepada pak Mudi. Alhamdulillah, beliau tak tanya ini-itu. Mungkin saja aku dianggap salah satu mahasiswi yang getol bimbingan dengan Bu Sri dan pak Danar.Â
Selepas kukantongi tanda tangan pak Mudi, aku minta tanda tangan pak Danar dan Bu Sri. Dengan Bu Sri, aku santai. Kami berbincang ringan tentang kelanjutan masa depanku selepas lulus dan wisuda.
Namun, untuk meminta tanda tangan pak Danar pun harus janjian dengan teman-teman yang juga dibimbing beliau. Aku jadi takut sendiri untuk menemuinya. Gara-gara candaan para penguji saat ujian skripsi.
"Sudah disempurnakan naskahnya kan, mbak?" Tanya pak Danar, mengingatkanku akan PR dari pak Mudi.
Aku mengangguk saja. Padahal aku tak menyentuh footnote sama sekali. Yang penting, tandatangan pengesahan skripsi sudah kudapatkan. Tinggal fotokopi rangkap lima, menjilid dan menyerahkan ke perpustakaan Fakultas, perpustakaan kampus, pak Danar dan Bu Sri selaku pembimbing skripsiku.
***
Empat tahun berlalu.Â
Aku mengikuti PLPG. Alhamdulillah aku dimudahkan untuk ikut PLPG meski aku belum menjadi seorang PNS.
Saat PLPG itu aku dipertemukan lagi dengan pak Danar. Kaget dan rasa sungkanku masih tersisa di hati.
Padahal bisa saja pak Danar sudah lupa denganku. Kalaupun ingat, pasti beliau heran dan bertanya-tanya, kenapa aku ikut PLPG untuk guru tingkatan SD. Bukan SMP atau SMA.
Selama beberapa hari di Hotel Eden, aku hanya melihat pak Danar saat istirahat tiba. Untuk menyapanya, hilang keberanianku. Aku berharap beliau tak mengisi kelasku. Sebuah harapan yang aneh.Â