Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berusaha Melakukan yang Terbaik

19 Agustus 2022   10:23 Diperbarui: 19 Agustus 2022   10:31 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul 15.45. Meninggalkan halaman tempat kerja, tanpa sengaja kulihat dua kendaraan roda dua melintas di depan mata. Tak salah lagi. Salah satunya kakakku, bersama lelaki yang juga kukenal. Masih tetangga. 

Dari kabar yang kudengar, mereka ada hubungan spesial. Sebenarnya tak masalah bagiku jika kakakku tak memiliki anak dan suami. 

Nyatanya kakakku sudah bersuami. Anaknya tiga. Sulungnya sekolah di pesantren terkemuka di wilayah kami. Tingkat SMA. Anak kedua dan ketiga masih SD, kelas VI dan II.

Aku tahu kalau cinta itu buta. Kalau sudah disapa panah asmara, bisa saja mengabaikan orang yang telah membersamai. 

Tak hanya kakakku. Bahkan banyak sahabatnya yang memiliki dan mengukir sejarah hidupnya dengan perselingkuhan. Ah...aku berharap keluargaku harmonis sampai jannah.

**

Bapak sangat murka saat mendengar salah satu putrinya main mata dan hati. Beliau yang tak bisa bicara pelan, dengan suara lantang menceramahi kakakku.

Itu dilakukan bapak di rumah Bulik beberapa bulan yang lalu. Aku mendengar suara keras bapak saat aku di teras rumahku. Kebetulan rumahku berdekatan dengan rumah Bulik.

"Sudah, kamu mundur dari Takmir Masjid saja. Aku nggak mau kalau kamu ada alasan bisa main mata sama lelaki itu!" Nasehat bapak kepada kakak.

Wajar jika bapak meminta kakak mundur dari seksi Dakwah Takmir Masjid. Lelaki yang dituduh bapak sebagai idaman kakak juga menjabat sebagai seksi Dakwah. Bapak pasti ingin anak-anaknya menjaga nama baik keluarga.

Saat dihakimi, mas iparku ada di samping kakak. Tanpa suara. Aku sendiri tak ke rumah Bulik. Aku terlanjur kesal setelah bertengkar dengan kakak. 

Sebelum bapak menghakimi kakak, aku meluapkan kekesalanku karena kakak tak peduli dengan saudara dan bapak. Kakak lebih senang berkumpul dengan orang-orang yang sering menyerang bapak. Memang banyak warga, terutama pemuda, yang tak menyukai bapak.

Jujur, aku sebenarnya juga kadang tak suka dengan pendirian bapak. Namun saat orang lain menghina bapak, aku tak terima. Bagaimanapun keadaannya, beliaulah yang turut membesarkanku dan saudara-saudaraku.

Tak lupa aku mengingatkan kakak agar bisa menjaga hati dan tak lagi dekat dengan lelaki beristri.

"Kamu nggak usah ngajari aku!" 

Aku tersentak mendengar suara itu keluar dari mulut kakak. Ya... aku seorang adik tetapi berani menasehatinya. Tapi kupikir, langkahku tak salah. Masalah ucapanku mau diindahkan atau tidak, aku tak peduli.

**

Aku membuntuti kakak dan lelaki idaman kakakku. Keduanya melajukan motornya bersebelahan. Seolah jalan kampung hanya milik mereka berdua. Kuniatkan membuntuti mereka sampai rumah.

Kulajukan motorku pelan. Dan... mereka berpisah di pertigaan jalan. Lelaki idaman lain kakakku menuju jalan ke rumah. Kalau kakakku entah ke mana.

Aku tak tahu, apa jadinya kalau bapak tahu kelakuan putrinya itu. Bapak tahunya mereka sudah tak ada hubungan lagi.

"Pak, maafkan aku. Aku tak bisa menyampaikan kejujuran tentang yang kulihat sore ini," batinku. Kubayangkan wajah lelaki sepuh yang kian lemah.

Aku tak mau kalau bapak shock dan drop kesehatannya. Beberapa hari ini bapak sakit. Kini dalam proses penyembuhan. Aku ingin di masa tua bapak, beliau fokus beribadah dengan tenang.

Tentang kakakku, kupasrahkan nasibnya kepada Yang Maha Kuasa. Aku sudah berusaha yang terbaik sebagai adiknya.

Branjang, 18 Agustus 2022 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun