Sekolah-sekolah di wilayah tempat kerja saya bersepakat untuk menggunakan Kurikulum Merdeka secara mandiri. Mau tidak mau para guru segera login ke akun pembelajaran masing-masing. Namun ketika akan login, ternyata masih ada akun beberapa teman yang belum aktif. Padahal aktivasi akun sudah jauh-jauh hari. Saya membantu proses aktivasinya.
Nah, saat login ke akun belajar, maka guru disuguhi beberapa pilihan menu. Pada Pengembangan Guru terdapat Video Inspirasi, Pelatihan Mandiri, Bukti Karya dan Komunitas. Sedangkan pada Kegiatan Belajar Mengajar terdapat Asesmen Murid dan Perangkat Ajar.Â
Pada modul pertama tentang Merdeka Belajar terdapat beberapa video modul dan refleksinya. Untuk saat ini saya mencoba untuk mengulas satu demi satu refleksinya.Â
Oh iya. Sampai saat ini saya telah menyelesaikan tiga modul dari Pelatihan Mandiri. Saat ini masih menunggu hasil validasinya. Semoga akhir bulan Juli ini segera validasi dan mendapatkan sertifikatnya.Â
Lalu apa refleksi pertama dari Pelatihan Mandiri modul Merdeka Belajar? Guru diminta menuliskan refleksi tentang peran yang dominan dilakukan selama membersamai murid.
Ini yang saya rasa menjadi hal yang paling dominan saya lakukan kepada anak didik atau murid.
Menjadi pendidik di tingkat dasar (SD) tak pernah terbayang di pikiran saya. Saat kuliah, saya belajar di Jurusan Pendidikan Sejarah UNY. Lulus 2004.Â
Mulai 1 Juli 2005 saya menjadi GTY di sebuah SD Muhammadiyah di Gunungkidul. Di samping itu saya juga menjadi GTT di sebuah SMP Negeri di Ngawen, mulai Januari 2006.
Dalam membimbing siswa, kemerdekaan para siswa tetap saya perhatikan. Melalui apersepsi setiap kali memulai pembelajaran. Hal itu bertujuan agar para siswa mengingat kembali materi yang sudah dipelajari sebelumnya.