Memang yang namanya lelaki yang sudah beristri, dalam ajaran agama harus berhati-hati dalam mengucapkan kalimat yang menjurus pada kata cerai. Bercanda pun bisa menjadi sebuah bumerang bagi suami-istri.Â
Aku ingat perkataan bulikku, "Dulu kang Paijo sama mbok Jumikem harus ijab kabul lagi. Padahal mereka sudah sepuh begitu. Ya itu gara-gara kang Paijo guyon mau pisah."
Guru masa SMAku pun pernah mengatakan hal yang serupa. Waktu itu materi pelajaran tentang pernikahan. Judul materi pelajarannya tak kuingat betul. Namun konsep hubungan pasangan yang menikah itu selalu ada di kepalaku.
Berkebalikan dengan suamiku. Orang yang pernah gagal dalam pernikahannya dulu, ternyata tak memahami konsep itu. Dengan santainya dia mengatakan bahwa perkataannya tak menjurus pada kata perceraian.
***
"Aku masih sayang kamu, dik". Suamiku kini sering mengirimkan chat setelah setengah tahun lebih tak memedulikanku. Dia meninggalkan rumah di saat aku sakit. Bahkan aku dinilainya sedang melakukan drama.
Setelah tiga bulan meninggalkan rumah tanpa izinku, aku mulai menerima keadaan. Berdamai dengan jalan hidup yang harus kulalui. Semua yang kualami adalah jalan yang sudah ditentukan olehNya. Aku sudah melupakan sedihku. Nama dan nasib hidupnya tak kudoakan lagi.Â
***
Kemarin aku ke kompleks masjid kota bersama lelaki yang telah menikahiku. Pertemuan itu tak lagi membuatku berbunga-bunga. Rasa sayang telah memudar seiring berjalannya waktu.
Aku bertemu dengannya bukan untuk bersatu lagi. Aku minta keikhlasan untuk kugugat cerai. Aku sudah tak sanggup melanjutkan biduk rumah tangga bersamanya lagi.
Branjang, 17 Juni 2022