"Kita TTM-an saja ya, Kin!"
Teman tapi mesra. Sebuah tawaran yang menunjukkan sifatmu yang tak tahu malu. Dan kalau kuamini tawaranmu, aku tak punya harga diri.
Sungguh, aku tak menyangka kalau kau bisa mengambil keputusan seperti itu. Mempermainkan hati demi nafsu. Ingin memilikinya dan memilikiku. Kau anggap aku tak lebih dari budak cinta.
Tak mungkin kulakukan TTM-an. Tidak ada kamus bagiku untuk membuka peluang itu. Aku perempuan yang punya harga diri. Toh lelaki tak hanya dirimu di dunia ini.
Ya...keputusanku, aku lebih baik menolakmu. Meski hatiku mengatakan kalau ada celah namamu di sana. Namun sebagai perempuan, tak akan menyakiti perempuan lain.
Kalau jodoh tak kemana. Bisa jadi kita didekatkan untuk beberapa waktu agar kita bisa belajar lebih dewasa. Bukan malah bertingkah layaknya anak-anak.
Perempuanmu adalah sahabatku. Binar matanya menyiratkan ketulusan saat dia menceritakan kalau baru saja jadian denganmu.
Yang dekat denganmu memang aku duluan, bukan berarti kedekatan itu menjamin sampai jenjang yang lebih serius. Buktinya hubungan kita.Â
Aku tak menyalahkan sahabatku, Naura yang mengisi hari-harimu.
"Tapi aku juga menyayangimu, Kin!"