Banjir saat musim hujan di ibukota Jakarta rasanya sudah biasa terdengar. Namun jika terjadi di daerahku, di mana jauh dari Jakarta, rasanya cukup menyentakkan siapapun.
Kuharap tahun ini tak terjadi lagi seperti beberapa tahun yang lalu. Di mana tahun itu menjadi musibah besar di kabupaten kami.
Banjir meluap begitu saja setelah beberapa hari hujan tanpa henti. Jangan tanya apa yang terjadi setelah hujan itu.Â
Iya. Di tempat kami terjadi banjir. Banjirnya pun tak seperti biasa. Banjir tahun itu membawa dampak negatif bagi pertumbuhan dan pembangunan daerah.
Jembatan yang menjadi penghubung beberapa desa harus ambrol. Terisolir lah beberapa desa karenanya. Tentu saja kejadian ini menjadi berita besar di daerah kami.
Ya...selama ini kami menganggap bahwa daerah kami aman dari bencana banjir. Ternyata Allah menunjukkan bahwa sesuatu yang tak mungkin bagi manusia, bagiNya bukan hal yang mustahil. Kunfayakun.Â
Padi di area persawahan mengalami kerusakan parah. Padahal para petani belum lama menanam uritan padi.
***
"Aku ke rumah Mbah Musidi dulu, Bu," ucap suamiku setelah membaca chat di grup kampung waktu itu.
Rumah Mbah Musidi merupakan satu-satunya rumah warga kampung yang berada di sekitar bantaran sungai. Rumah itu biasa menjadi langganan banjir setiap tahunnya.
Namun berbeda dengan tahun itu, banjir yang biasa merendam bagian dapur, ternyata merendam sampai ruang depan rumah Mbah Musidi.