Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Ilmu dan Inspirasi dari Ibu yang Saya Dapatkan?

15 November 2020   15:05 Diperbarui: 15 November 2020   15:17 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu dan empat putrinya. Dokpri

Ibu adalah sosok mulia dan memang dimuliakan. Bahkan oleh rasulullah. Perempuan yang melahirkan generasi bangsa ini sering disebut tiang negara. Penyangga kemegahan dan kejayaan negara.

Sudah menjadi kesepakatan bahwa ibu adalah pahlawan yang sangat berjasa bagi buah hatinya. Pahlawan inilah yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan seperti agama, sosial, budaya, dan sebagainya.

Lalu apa saja yang saya dapatkan dari almarhumah ibu yang bernilai? 

Semua hal yang dilakukan dan diajarkan guru pertama saya sangat bermanfaat hingga kini. Pertama dalam hal agama. Semenjak saya kecil, saya sering diajak ke masjid. Meski penerangan untuk ke masjid hanya menggunakan senter kecil. 

Jalan menuju ke masjid pun hanya pematang sawah. Memang kami waktu itu tinggal di pojokan dusun. Di sekeliling rumah kami adalah persawahan. Namun saat musim penghujan tiba, sebagian besar persawahan dilanda banjir.

Dalam kondisi seperti itu otomatis rumah kami terisolir. Untuk ke mana-mana anak kecil seperti saya pasti tidak bisa. Sungguh memprihatinkan memang. Baik bapak maupun ibu adalah guru tapi tinggal di rumah yang sering terisolir saat musim hujan.

Ladang di mana dulunya menjadi tempat tinggal kami dan sering terisolir saat hujan tiba. Gambar: Ika
Ladang di mana dulunya menjadi tempat tinggal kami dan sering terisolir saat hujan tiba. Gambar: Ika
Kembali ke cerita masa kecil saya saat mau ke masjid. Selain harus melalui pematang sawah yang terkadang licin, kami pasti melewati area pemakaman kampung.

Saat masih kecil, saya sangat takut kalau lewat di sekitar pemakaman. Nah kalau saya, saudara ikut orangtua ke masjid pasti saya berada di sisi ibu. Saat itulah saya merasa nyaman meski hati tak karuan karena takut.

Selain dalam hal ke masjid, ibu mengajari anak-anaknya untuk tertib mengaji, shalat Sunnah, dan amalan lainnya. Tentu saya merasa terpaksa sekali saat ikut kegiatan itu. Dengan mata merah menahan kantuk, saya berwudhu dan jamaah shalat tahajud untuk beberapa waktu.

Barulah setelah saya dan saudara tahu tata caranya, saya tak harus berjamaah untuk shalat Sunnah itu. Lalu urusan mengaji tak kalah berat. Menghafal huruf Hijaiyah pasti tidak mudah. Beruntunglah setelah duduk di kelas II, ada metode Iqra untuk mempermudah baca tulis Al-Qur'an.

Dalam waktu sebulan, dengan dimandegani atau diprakarsai ibu dan guru lain, saya dan teman-teman sekolah ikut pesantren kilat. Bahagia sekali bersama ibu dan teman-temannya, saya menuntaskan 6 jilid Iqra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun