Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Pasangan Bertekad untuk Masuk ke Siklus "Gambuh"

25 Agustus 2020   13:40 Diperbarui: 25 Agustus 2020   13:34 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernikahan menyatukan dua insan yang berbeda hati dan pikirannya. Ilustrasi: republika.com

Seseorang yang telah menikah pasti menginginkan kebahagiaan selalu menghampiri. Dimudahkan rezeki, kesehatan dan buah hati yang sholih (taat beragama). Dalam tembang macapat, ketika siklus hidup mencapai pernikahan, maka masuk dalam tembang Gambuh.

Selain Gambuh, tembang Macapat ada Maskumambang (gambaran saat manusia di tuwa garba atau rahim), Mijil (gambaran saat manusia lahir), Kinanthi (gambaran saat manusia masih kecil dan harus dibimbing), Sinom (gambaran saat memasuki masa remaja), Asmaradana (saat manusia telah mengenal rasa tertarik terhadap lawan jenis), Dhandhanggula (saat jatuh cinta, semua terasa indah dan manis), Gambuh (menikah), Durma (saat manusia semakin tua), Pangkur (saat manusia mulai mungkur atau mulai meninggalkan hal duniawi, mengutamakan ibadah), Megatruh (Megat ruh atau berpisahnya antara raga dan ruh) dan Pocung (saat manusia dibungkus kain mori).

**

Dalam perjalanan berumah tangga, tak mungkin terjadi jika selalu mulus. Ada hambatan, masalah ---badai--- yang siap mengaramkan bahtera yang sudah berlayar.

Mendapatkan pasangan ---masa pedekate--- bisa dikatakan lebih mudah dibandingkan dengan merawat dan menjaganya. Meski ada juga yang mengatakan jika mendapatkan pasangan itu sulit sekali.

Sekali lagi jika dibandingkan dengan masa-masa pedekate atau pengenalan, terasa lebih mudah. Paling-paling hanya dihadapkan dengan perasaan galau, diterima atau tidak, bertepuk sebelah tangan ataukah tidak perasaannya.

Jika bertepuk sebelah tangan, patah hati sudah pasti. Namun jika ditilik sisi positifnya pasti ada. Meski saat patah hati, sisi positif itu tak terlihat, namun hati nurani pasti mengiyakan bahwa memang lebih beruntung jika tak jadian dengan pujaan hati ketimbang sakit hati jika bersama.

Permasalahan hubungan dua insan beda gender ini akan lebih kompleks jika pasangan kekasih telah menikah. Onak berduri selalu di hadapan mata. 

Merawat hati dan hubungan tidak mudah. Perlu memahami bahwa ada seni untuk merawat agar hubungan selalu tumbuh kasih sayang dan pengertian.

Jika menikah bertujuan untuk berbahagia saja, rasanya tak mungkin. Di sekitar kita ada banyak contoh yang mengajarkan bahwa rumah tangga itu tidak selalu senang dan bahagia. Namun, mereka tetap bertahan dan harmonis.

Pasti menjumpai permasalahan-permasalahan. Nah, jika permasalahan muncul, kedua rmapasangan harus berkomunikasi dengan baikaik. Jika salah satu marah, maka pihak lain harus menahan diri untuk menghindari perselisihan. Bukan malah ikut terbawa arus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun