"Malam Minggu wonten tugas mboten bu..??"
Malam Minggu yang lalu, saya diWA orang tua siswa. Kalau dibaca sekilas, seperti sebuah pertanyaan iseng. Malam Minggu kok tanya tugas. Entah dari orangtua ataukah siswa itu sendiri. Bisa jadi memang mereka menanti materi dan tugas dari saya. Heee.
Ya... Tanpa terasa tahun ajaran 2020/ 2021 sudah memasuki Minggu ketiga. Pembelajaran masih diwarnai dengan BDR atau PJJ dengan ragam cara atau metode. Tentunya cara atau metode pembelajaran disesuaikan dengan banyak hal. Mulai dari kompetensi guru, kemampuan ekonomi orangtua siswa dan sebagainya.
Di berbagai media, pro kontra terhadap pembelajaran BDR atau PJJ masih terpublikasi. Protes dari orangtua siswa, siswa sendiri, pakar pendidikan, sanggahan dari guru dan masih banyak lagi tulisan atau ulasan yang dilatarbelakangi BDR atau PJJ.
Siswa atau orangtua mengeluh karena tugas pembelajaran banyak, sulit dipahami, sampai keluhan kuota internet atau jaringan internet yang lemot. Bahkan tak memiliki HP. Belum lagi pembatasan waktu laporan tugas pada jam-jam tertentu. Sementara orangtua juga harus ngantor.
Dapat dibayangkan betapa galau si anak ketika guru atau sekolah membatasi pelaporan tugas sampai sore, sementara orangtua baru saja sampai di rumah.
Bisa jadi anak sudah stress atau nangis duluan karena merasa belum mengerjakan tugas. Sedangkan temannya sudah beres melaporkan tugas.Â
Stress siswa bukan hanya karena sulitnya materi pelajaran melainkan karena keterlambatan pelaporan tugas karena siswa tidak punya HP. Mereka menunggu sampai orangtua pulang.
Menyikapi berbagai keluhan di sekitar rumah atau pemberitaan di sosmed atau televisi, pada akhirnya saya sendiri harus mengambil langkah yang sekiranya membuat nyaman untuk semua.
Ya... saat tahun ajaran 2020/2021 di depan mata, saya berpikir untuk mendisiplinkan siswa maupun orangtua dalam melaporkan tugasnya. Mengingat jam kerja yang bisa "mblandhang" sampai tengah malam. Bahkan sampai pagi hari berikutnya atau seminggu sesudah tugas diberikan.
Itu yang saya impikan. Namun sekali lagi karena saya mengajar di lingkungan yang kurang memungkinkan untuk itu, maka saya berbalik seratus delapan puluh derajat.